Jumat, 28 Oktober 2011

ANALISIS SETRUKTURAL SAJAK “TAHAJJUD CINTAKU” KARYA EMHA AINUN NAJIB

ANALISIS SETRUKTURAL SAJAK “TAHAJJUD CINTAKU”
KARYA EMHA AINUN NAJIB

Disususun Guna Memenuhi Tugas Akhir
Mata Kuliah: Puisi II
Dosen Pengampu: Wachid Eko P





Disusun Oleh:
Yusuf Subekti
(08003023)



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA 2011 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan kreativitas dan rekaan pengarang berdasarkan pengalaman jiwa yang diperoleh dari lingkungan kehidupan sekitarnya. Salah satu karya sastra yang kita kenal adalah puisi. Puisi adalah karya sastra yang indah untuk anak sastra , karena didalam puisi terdapat banyak unsur yang dapat dijabarkan luas dan menyeluruh.Dalam pemaknaan puisi tidaklah mudah seperti berbicara saja. Karena didalam puisi banyak sekali keanekaragaman yang dapat memecah dan membingungkan pikiran. Salah satunya adalah puisi pamflet, disebut pamflet karena bahannya terdiri dari bahasa pamflet. Kata-katanya mengungkapkan rasa tidak puas kepada keadaan . Munculnya kata-kata yang berisi protes pemikiran atau perenungan yang mendalam. Istilah istilah gagah untuk membela kelompoknya disertai istilah tidak simpatik yang memojokkan pihak yang dikritik .
Sajak merupakan kesatuan yang utuh atau bulat, maka perlu dipahami secara utuh dan bulat pula. Untuk memudahkan pemahaman seperti itu, maka perlulah disini diberikan parafase setiap sajak sebelum dianalisis secara nyata lebih lanjut. Hal ini juga desebabakan oleh sajak menyatakan sesuatau secara tak langsung, maka diharapkan parafase ini dapat lebih memudahkan pemahaman dan mengikuti analisis sajak.Sesungguhnya parafase baru dapat dibuat sesudah sajak sajak di analisis, ditafsiskan, dan diterangkan mengenai ambiguitas bahasanya dan jalani unsur- unsur lainya.
Dalam sajak puisi Tahajjud Cintaku karya Emha Ainun Najib , banyak terdapat keunikan bahasa dan menggunakan kata-kata khas puisi. Pilihan diksi dan gaya bahasa yang dipakai pengarang sangat berpengaruh dalam penentuan karakter setiap pengarang. Untuk itu pemakalah akan menganalisis sajak puisi Tahajjud Cintaku karya Emha Ainun Najib untuk mengetahui struktur batin struktur fisik sajak puisis tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana betuk struktur batin sajak puisi Tahajjud Cinta karya Emha Ainun Najib
2. Bagaimana bentuk struktur fisik sajak puisi Tahajjud Cinta karya Emha Ainun Najib
C. Tujuan penelitian
1. Mengetahiu dan mendeskripsikan struktur fisik sajak puisi Tahajjud Cintaku karya Emha Ainun Najib
2. Mengetahui dan mendeskripsikan struktur batin sajak puisi Tahajjud Cintaku karya Emha Ainun Najib
BAB II
Kajian Teori
A. Struktur Fisik Puisi
Adapun struktur fisik puisi dijelaskan sebagai berikut.
1. Perwajahan puisi (tipografi), yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal tersebut sangat menentukan pemaknaan terhadap puisi.
2. Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata. Geoffrey (dalam Waluyo, 19987:68-69) menjelaskan bahwa bahasa puisi mengalami 9 (sembilan) aspek penyimpangan, yaitu penyimpangan leksikal, penyimpangan semantis, penyimpangan fonologis, penyimpangan sintaksis, penggunaan dialek, penggunaan register (ragam bahasa tertentu oleh kelompok/profesi tertentu), penyimpangan historis (penggunaan kata-kata kuno), dan penyimpangan grafologis (penggunaan kapital hingga titik)
3. Imaji, yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, medengar, dan merasakan seperti apa yang dialami penyair.
4. Kata kongkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang. Misal kata kongkret “salju: melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dll., sedangkan kata kongkret “rawa-rawa” dapat melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan, dll.
5. Bahasa figuratif, yaitu bahasa berkias yang dapat menghidupkan/meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu (Soedjito, 1986:128). Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna (Waluyo, 1987:83). Bahasa figuratif disebut juga majas. Adapaun macam-amcam majas antara lain metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi, anafora, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars pro toto, totem pro parte, hingga paradoks.
6. Versifikasi, yaitu menyangkut rima, ritme, dan metrum. Rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi. Rima mencakup (1) onomatope (tiruan terhadap bunyi, misal /ng/ yang memberikan efek magis pada puisi Sutadji C.B.), (2) bentuk intern pola bunyi (aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak berselang, sajak berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi [kata], dan sebagainya [Waluyo, 187:92]), dan (3) pengulangan kata/ungkapan. Ritma merupakan tinggi rendah, panjang pendek, keras lemahnya bunyi. Ritma sangat menonjol dalam pembacaan puisi
B. Struktur Batin Puisi
Adapun struktur batin puisi akan dijelaskan sebagai berikut.
1. Tema/makna (sense); media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan.
2. Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan. Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak bergantung pada kemampuan penyairmemilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya.
3. Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dll.
4. Amanat/tujuan/maksud (itention); sadar maupun tidak, ada tujuan yang mendorong penyair menciptakan puisi. Tujuan tersebut bisa dicari sebelum penyair menciptakan puisi, maupun dapat ditemui dalam puisinya
BABIII
PEMBAHASAN
A. SAJAK TAHAJJUD CINTAKU KARAYA EMHA AINUN NAJIB
TAHAJJUD CINTAKU
Oleh :
Emha Ainun Najib
Mahaanggun Tuhan yang menciptakan hanya kebaikan
Mahaagung ia yang mustahil menganugerahkan keburukan
Apakah yang menyelubungi kehidupan ini selain cahaya
Kegelapan hanyalah ketika taburan cahaya takditerima
Kecuali kesucian tidaklah Tuhan berikan kepada kita
Kotoran adalah kesucian yang hakikatnya tak dipelihara
Katakan kepadaku adakah neraka itu kufur dan durhaka
Sedang bagi keadilan hukum ia menyediakan dirinya
Kemana pun memandang yang tampak ialah kebenaran
Kebatilan hanyalah kebenaran yang tak diberi ruang
Mahaanggun Tuhan yang menciptakan hanya kebaikan
Suapi ia makanan agar tak lapar dan berwajah keburukan
Tuhan kekasihku tak mengajari apa pun kecuali cinta
Kebencian tak ada kecuali cinta kau lukai hatinya
1988


B. ANALISIS STRUKTUR FISIK SAJAK “TAHAJJUD CINTAKU” KARYA EMHA
AINUN NAJIB.

1. Diksi
Dalam pemilihan kata da Emha Ainun Najib dalam sajak ini menggunakan kata- kata yang mudah dipahami dan sering kita temukan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga itu akan memudahkan para pembaca atau penganalisis puisi untuk memahami dan menangkap isi dari sajak puisi tersebut. Kata – kata tersebut dapat dilihat seperti kata, suci, cahaya, mustahil, neraka dan masih banyak lainya. Kata- kata tersebut sering sekali kita temukan dalam kehidupan sehari-hari.
Meskipun Emha Ainun Najib dalam sajak ini hanya menggunakan kata- kata yang biasa atau mudah dipahami, namun sajak itu terlihat indah dan bagus. Hal itu disebabakan karena Emha Ainun Najib bisa menggabungkan kata- kata yang padu dan serasi sehingga terbentuklah sebuah sajak yang indah dan bagus.

2. Tipografi Puisi / Perwajahan Puisi
Bentuk tipografi puisi di atas adalah diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan titik setiap barisnya. Sehingga setiap baris mempunyai makna tersendiri, yang kemudian di satukan secara keseluruhan dalam satu sajak. Selain itu bentuk tipografi sajak diatas adala tulisan ditulis dari kiri kekanana dan rata kiri, tidak dibuat menjorok ke dalam. Dengan tipografi tersebut diharapkan dapat mempermudah pembaca untuk memahami isi dari puisi tersebut.

3. Imaji / Citraan
Kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan yang terdapat dalam sajak “Tahajjud Cinta” adalah citraan penglihatan. Dalam sajak tersebut banyak sekali citraan penglihatan yang muncul. Citraan itu dapat dilihat dari beberapa kata yang muncul seperti kata “cahaya, kegelapan, dan memandang”. Dari kata- kata tersebut sudah cukup jelas bahwa sajak di atas sangat menonjolkan citraan penglihata. Dengan menggunakan citraan penglihatan pengarang ingin menunjukan sebuah gambaran yang sebenarnya terjadi dalam kehidupan kita sehari- hari. Bahwa dalam kehidupan sehari- hari kita sebagai makhluk Tuhan selalu melakukan kesalahan dan kebaikan.

4. Kata Kongkret
Kata kongkret yang muncul dalah sajak diatas adalah kata “cinta”. Kata cinta adalah melambangkan sebuah kasih sayang yang selalu tercurahkan kepada seseorang yang disayangi dan diinginkan. Namaun dalam sajak diatas buka rasa sayang antara satu orang kepada oarang lainya, tetapi rasa sayang dari Sang Pencipta terhadap makhluNya. Rasa sayang tersebut terwujud dari bagaimana Tuhan selalu memberikan kebaikan dan tidak akan memberikan keburukan kepada mahklukNya. Selain itu rasa sayang dapat terlihat bagaimana Tuhan selalu mengingatkan kepada makhluNya jika makhlukNya melakukan kesalahan atau berada pada jalan yang tidak lurus.
Selain kata cinta, kata konkret yang muncul adalah kata tahajjud. Tahajjud adalah melambangkan sebuah permohonan yang dialkukan oleh umat manusia terhadap Tuhanya. Sehingga dalam sajak diatas juga digambarkan bagaimana umat manusia selalu memohon kepada Allah swt untuk selalu menunjukan pada jalan yang benara dan selalu diberikan rizeki dan kesehatan yang cukup.
5. Vertifikasi (rima,ritma, metrum)
Rima pada sajak di atas adalah (aabb) pada bait pertama yaitu berakiran –an,-an, –a,dan -a. Sedangkan pada bait ke dua berubah menjadi (aaaa) yaitu berakhiran –a semua. Kemudian pada bait ke tiga adalah (abaa) yaitu berakhiran –an,-ng, -an, dan, -an serta pada bait terakhir ditutup dengan (aa) yaitu berakhiran –a, dan, -a.
Ritma barupa ikatan yang mengikat bait dengan menggunakan keterangan kalimat. Sehingga ritma sajak Tahajjud Cintaku pada bait pertama adalah frase /mahaagung/ kemudian pada bait ke dua yaitu frase /kecuali/ dilanjutkan pada bait ke tiga menggunakan frase /kenama/ dan ditutup pada bait terakhir menggunakan frase /Tuhan/.

6. Bahasa kiasana / Majas
Gaya bahasa hiperbula muncul dalam sajak di atas yaitu terdapat pada kalimat “Suapi ia makanan agar tak lapar dan berwajah keburukan” . kata “suapin” adalah melambangkan bagaimana sebuah pemberian petunjuk yang benar kepada seseorang yang belum mengetahui kebenaran tersebut. Kemudian kata “lapar” melambangkan seseorang yang tidak mempunyai apa- apa baik ilmu pengetahuan atau apa pun.
C. STRUKTUR BATIN SAJAK “TAHAJJUD CINTAKU” KARYA EMHA AINUN NAJIB

a. Tema
Tema yang disampaikan dalam sajaka Tahajjud Cintaku karya Emha Ainun Najib ini adalah tetang religius, karena dalam saja tersebut menceritakan tentang bagaimana keangungan Allah swt. yang selalu menciptakan kebaikan bagai semua mahlukNya. Selain itu juga diceritakan bagaimana bentuk kebaikan dan keburukan yang dilakukan oleh mahluk Tuhan terhadapa Tuhanya sendiri. Semua mahluk deberikan kebebasan untuk memilih, dan berkehendak, tetapi semua yang mereka lakukan harus dipertanggung jawabkan kelak.

b. Nada
Dalam sajak ini tergambar suasana sunyi dimana penyair sedang merenungkan bagaimana kehidupannya yang sering melakukan kesalan yaitu kesalaha dalam bertindak maupun dalam berbuat. Sehingga penyai menyampaikan dengan nada ratapan merendah terhadap kesalahan- kesalah yang sering beliau lakukan.

c. Perasaan / Rasa
Sajak ”Tahajjud Cintaku” ini merupakan ekspresi penyesalan yang ditampilkan penyair dengan suasana sunyi. Penyesalan ini dikarenakan oleh seringnya penyair melakukan kesalah dalam berbuat dan bertindak, sehingga ia selalu memohon petunjuk pada Tuhan untuk selalu ditunjukan pada jalan yang benar. Dengan rasa merendahkan diri serendah mungkun dihadapan Tuhan penyair memohon petunjuk kenbenaran.
d. Amanat
Dengan sajak ini Emha Ainun Najib ingin menyampaikan amanat bagi kita semua. Setelah membaca dan memahami sajak Tahajjud Cintaku ini kita diharapkan dapat mempertebal dan memperkuat keimanan kita, serta selalu memohon petunjuk pada Allah swt, karena kita sering sekali melakukan baik secara sadar maupun tidak sadar . Semua umat manusia dilahirkan di muka bumi ini tidak sempurna mereka mempunyai kelebihan dan kekurangan.
BAB IV
SIMPULAN
Dari pembahasan tersebut sajak “ Tahajjud Cintaku” karya Emha Ainun Najib dapat disimpulakn sebagai berikut :
1. Struktur fisik sajak “Tahajjud Cinta” karya Emha Ainun Najib
a. DiksiDalam pemilihan kata da Emha Ainun Najib dalam sajak ini menggunakan kata- kata yang mudah dipahami
b. Tipografi puisi adalah diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan titik setiap barisnya.
c. Kata kongkret yang muncul dalah sajak diatas adalah kata “cinta”dan kata “tahajjud”
d. Rima pada sajak di atas adalah (aabb) pada bait pertama, pada bait ke dua berubah menjadi (aaaa), pada bait ke tiga adalah (abaa),dan pada bait terakhir ditutup dengan (aa). Sedangkan Ritma pada bait pertama adalah frase /mahaagung/ kemudian pada bait ke dua yaitu frase /kecuali/ dilanjutkan pada bait ke tiga menggunakan frase /kenama/ dan ditutup pada bait terakhir menggunakan frase /Tuhan/.
e. Majas yang muncul pada sajak tersebut adalah majas hiperbola.
2. Struktur batin sajak “Tahajjud Cintaku” karya Emha Ainun Najib
a. Tema yang disampaikan dalam sajaka Tahajjud Cintaku karya Emha Ainun Najib ini adalah tetang religius, karena dalam saja tersebut menceritakan tentang bagaimana keangungan Allah swt,
b. Nada yang disampaikan oleh penyair adalah nada ratapan rendah untuk menyesali semua kesalahannya dan memohon petunjuk pada jalan yang benar kepada Tuhan.
c. Rasa yang muncul dalam sajak di atas adalah Dengan rasa merendahkan diri serendah mungkun dihadapan Tuhan penyair memohon petunjuk kenbenaran
d. Amanat Tema yang disampaikan dalam sajaka Tahajjud Cintaku karya Emha Ainun Najib ini adalah tetang religius, karena dalam saja tersebut menceritakan tentang bagaimana keangungan Allah swt


DAFTAR PUSTAKA


Pradopo,Rahmad Joko.2002.Pengkajian Puisi.Yogyakarta: Gajah Mada.
University Pres.

Suwodo,Tirto.2000.Semerbak Sajak.Yogyakarta: Gama Media.

Jabrohim(ed).2003.Metodelogi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Hanindita.













YUSUF SUBEKTI
08003023

SOAL A
1. Alasan yang menyebabkan puisi untuk dianalisis adalah karena puisi merupakan karya sastra yang indah untuk anak sastra , karena didalam puisi terdapat banyak unsur yang dapat dijabarkan luas dan menyeluruh. Sehingga puisi merupakan karya satra yang perlu dikaji mendalam isi dan keindahnya. Selain keindahan dan isi, pengkajian puisi dilakukan karena untuk memajukan dunia perpuisian.
2. Strata Norma menurut Husserl
 Lapis bunyi (sound stratum). Bila orang membaca puisi (karya sastra), yang terdengar adalah rangkaian bunyi yang dibatasi oleh jeda pendek, agak panjang, dan panjang. Akan tetapi, suara itu bukan hanya bunyi tanpa arti. Sesuai dengan konvensi bahasa, bunyi itu disusn sedemikian rupa hingga menimbulkan arti berdasarkan konvensi. Dengan adanya satuan-satuan suara, orang menangkap artinya. Maka, lapis bunyi itu menjadi dasar timbulnya lapis arti.
 Lapis arti (units of meaning) berupa rangkaian fonem, suku kata, kelompok kata (frase), dan kalimat. Semuanya itu merupakan satuan-satuan arti. Akan tetapi, dalam karya sastra yang merupakan satuan minimum arti adalah kata. Kata dirangkai menjadi kelompok kata dan kalimat. Kalimat-kalimat berangkai menjadi alinea, bab, dan keseluruhan cerita ataupun keseluruhan sajak. Rangkaian satuan-satuan arti itu menimbulkan lapis ketiga, yaitu objek-objek yang dikemukakan, pelaku, latar, dan semuanya itu berangkai menjadi dunia pengarang berupa cerita, lukisan, ataupun pernyataan.
 Lapis objek yang dikemukakan, “dunia pengarang”, pelaku, tempat (setting). “dunia” yang dipandang dari titik pandang tertentu yang tidak perlu dinyatakan secara eksplisit karena sudah terkandung didalamnya (implied). Sebuah peristiwa dapat dikemukakan atau dinyatakan “terdengar” atau “terlihat”, bahkan peristiwa yang sama, misalnya jederan pintu, dapat menyiratkan atau memperlihatkan aspek watak “luar” atau “dalam”. Misalnya, pintu membuka bersuara halus dapat memberi sugesti yang membuka atau menutup seorang wanita atau orang yang berwatak hati-hati.
 Lapis metafisik, berupa sifat-sifat metafisik (yang sublim, yang tragis, mengerikan atau menakutkan, dan yang suci), dengan sifat-sifat ini karya sastra memberikan renungan (kontemplasi) kepada pembaca. Akan tetapi, lapis metafisik tidak terdapat dalam semua karya sastra.
Strata Norma menurut J. Elema
 lapis suara (sound stratum) dasar timbulnya
 lapis arti (units of meaning), rangkaian fonem, kata, frase, dan kalimat dalam suara-suara itu dapat menimbulkan arti atau makna-makna tersendiri;
 lapis objek yang dikemukakan pengarang, seperti latar, peristiwa, pelaku, dan dunia pengarang yang berupa cerita atau lukisan;
 lapis “dunia” yang dipandang dari titik pandang tertentu yang tak perlu dinyatakan, tetapi terkandung di dalamnya (implied), misalnya suara derit pintu yang dibuka oleh seseorang, apabila pintu itu berderit dengan perlahan dan halus, akan timbul sugesti bahwa yang membuka pintu itu seorang wanita yang berwatak halus dan penuh kehati-hatian atau orang yang sabar; sebaliknya apabila derit pintu itu bersuara keras, “jedor!”, akan menimbulkan sugesti bahwa yang membuka pintu itu orang laki-laki yang berwatak kasar atau sedang marah; dan
 lapis metafisis, berupa sifat-sifat yang mampu membimbulkan renungan yang sublim (mulia), yang tragis, mengerikan atau menakutkan, dan yang suci.
3. Ketidak langsungang ekspresi puisi menurut Riffaterre adalah disebabkan oleh tiga hal yaitu pergantian arti (displacing meaning ) ,penyimpangan arti (distoring of meaning ),dan penciptaan arti ( creating of meaning )
a. Penggantian arti
Tejadinya penggantian arti karena digunakannya bahasa kiasan di dalam karya sastra. Kata-kata yang digunakan oleh puisi itu mengganti makna yang lain. Seperti penggunaan majas metafora, metonimia, personifikasi, dan lain-lain
b. penyimpangan arti
penyimpangan arti terjadi bila di dalam puisi ada ambiguitas, kontradiksi, atau nonsense.
 Ambiguitas merupakan kata- kata, frase atau kalimat yang sering kali mempunyai atri ganda.
 Kontradiksi yaitu mengandung arti pertentangan yang disebabkan oleh paradok atau ironi.
 Nonsen adalah tidak mempunyai arti sebab tidak terdapat dalam kosa kata.
c. Penciptaan Arti
Penciptaan arti terjadi bila ruang teks berlaku sebagai prinsip pengorganisasian untuk membuat tanda- tanda keluar dari hal- hal ketatabahasaan yang secara linguistik tidak ada artinya.
4. Perbadaan antara analisi stuktural dan analisis semiotik dalam puisi.
 Analisis semiotik adalah untuk mengkaji sistem tanda, sistem tanda adalah sesuatu yang mewakili sesuatu yang lain, bisa berupa pengalaman, pikiran, perasaan, gagasan dan lainya.
 Analisis setrukturan adalah sebuah analisis yang mengkaji hubungan antar unsur pembangun dalam puisi, yaitu dapat dilakukan dengan cara mengkaji unsur- unsur pembangun puisi yaitu struktur batin dan struktur fisik puisi.
5. Perbadaan antara analisis intertekstual dengan analisis stilistika dalam analisis puisi
 Analisis intertekstual adalah mengkaji tentang sejumlah teks yang mempunyai bentuk- bentuk hubungan tertentu seperti, gaya bahasa, amana, tema dan lainya dari puisi satu dengan puisi lainya. Tujuannya adalah memberi makna secara lebih pada puisi tersebut.
 Analisis setilistika adalah ilmu yang meneliti tentang gaya bahasa, dibedakan antara setilistika deskriptif dengan genetis. Stilistika deskriptif mendekati gaya bahasa sebagai keseluruhan daya ekspresi kejiwaan yang terkandung dalam suatu bahasa dan meneliti nilai-nilai ekspresivitas khusus yang terkandung dalam suatu bahasa (langue), yaitu secara morfologis, sintaksis, dan sematis. Adapun stilistika genetis adalah stilistika induvidual yang memandang gaya bahasa sebagai suatu ungkapan yang khas pribadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar