Jumat, 28 Oktober 2011

Pengertian Paragraf Deduktif dan Induktif

Jenis-jenis Metode Karangan Paragraf Paragraf adalah susunan dari beberapa kalimat yang terjalin utuh, mengandung sebuah makna, dan didalamnya terdapat gagasan utama. Paragaraf deduktif dan Induktif adalah salah satu contoh paragraph yang dilihat dari letak gagasan utamanya. Paragraf Deduktif Paragraf deduktif adalah paragraf yang kalimat utamanya terletak di awal paragaraf dan dilengkapi dengan kalimat penjelas sebagai pelengkapnya. Paragraf ini diawali dengan pernyataan umum dan disusul dengan penjelasan umum. Rangkaian kalimat Paragraf Deduktif mendukung suatu kalimat utama yang berada dibagian awal. Jadi, paragraf deduktif memiliki gagsan pokok (kalimat utama) diawal kalimat dan dijelaskan oleh kalimat-kalimat berikutnya. Contoh: Pada tahun 2008 kualitas masyarakat Indonesia semakin rendah. Hal ini dapat dilihat dari semakin meningkatnya angka pengangguran di Indonesia.Yang tahun sebelumnya hanya 30%, prosentase angka pengangguran dan tahun ini bertambah menjadi 40%. Angka kriminalitas di Indonesia juga semakin membeludak.Dan yang paling parah banyak masyarakat Indonesia yang tidak mengikuti program pemerintah 9 tahun. Dilihat dari dua realita ini kita suda bisa mengukur SDM masyarakat Indonesia Contoh Lainnya : Desakan masyarakat agar Jakarta segera memiliki jalur khusus sepeda akan segera terjawab. Mulai awal 2010, jalur khusus pesepeda pertama di Ibu Kota akan disediakan di sepanjang ruas antara Lebak Bulus dan Jalan Sisingamangaraja, Jakatra Selatan. “Persiapan masih dilakukan, termasuk bagaimana teknis penyediaan jalur sepeda ini. Namun demikian, kami sudah siap untuk menyediakan jalur sepeda bagi masyarakat. Diharapkan awal tahun 2010 sudah bisa direalisasikan,” kata Wali Kota Jakarta Selatan. Penyediaan jalur khusus sepeda merupakan program Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Diharapkan, jika jalur khusus di Jakarta Selatan sukses melayani kebutuhan masyarakat, jalur serupa akan dibangun di kawasan lain di Jakarta. (Dikutip dari www.kompas.com) lihat : Jenis-jenis Metode Karangan Paragraf Paragraf Induktif Pargaragraf Induktif adalah Paragraf yang kalimat utamanya terletak diakhir kalimat dan kalimat penjelasnya terletak di awal paragraph. Paragraf ini diawali dengan urutan pernyataan khusus dan disusul dengan pernyataan umum. Contoh: Setiap hari Abo selalu pulang malam. Sekitar jam 20.00. Sangat tak masuk akal jika seorang pelajar pulang malam. Diapun tak pernah belajar. Hidupnya selalu di penuhi dengan gemerlapnya dunia. Tak ada kata susah didalam pikirannya. Maka dari itu sangart wajar sekali jika Abo tidak naik kelas. Contoh lainnya : Banyak penjual kerudung di jalan keluar pabrik. Di sisi-sisi penjual itu juga Nampak penjual kurma dan buah lainnya. Belum lagi penjual pakaian yang memanjang hingga ujung jalan. Kerumunan pedagang tersebut makin membuat lalu lintas padat. Terlebih ketika para pekerja pulang dari pabrik, tetapi hal itu dapat dimaklumi. Memang setiap menjelang Hari Raya Idul Fitri banyak orang menjadi pedagang karena keuntungannya yang besar Paragraf Deduktif & Induktif Paragraf deduktif adalah rangkaian kalimat yang mendukung suatu kalimat utama yang berada dibagian awal. Jadi, paragraf deduktif memiliki gagsan pokok (kalimat utama) diawal kalimat dan dijelaskan oleh kalimat-kalimat berikutnya. Contoh paragraf deduktif adalah sebagai berikut: Desakan masyarakat agar Jakarta segera memiliki jalur khusus sepeda akan segera terjawab. Mulai awal 2010, jalur khusus pesepeda pertama di Ibu Kota akan disediakan di sepanjang ruas antara Lebak Bulus dan Jalan Sisingamangaraja, Jakatra Selatan. “Persiapan masih dilakukan, termasuk bagaimana teknis penyediaan jalur sepeda ini. Namun demikian, kami sudah siap untuk menyediakan jalur sepeda bagi masyarakat. Diharapkan awal tahun 2010 sudah bisa direalisasikan,” kata Wali Kota Jakarta Selatan. Penyediaan jalur khusus sepeda merupakan program Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Diharapkan, jika jalur khusus di Jakarta Selatan sukses melayani kebutuhan masyarakat, jalur serupa akan dibangun di kawasan lain di Jakarta. (Dikutip dari www.kompas.com) Paragraf Induktif adalah paragraf yang letak kalimat utamanya dinyatakan di akhir paragraf sebagai kesimpulan. Contoh paragraph induktif adalah sebagai berikut: Banyak penjual kerudung di jalan keluar pabrik. Di sisi-sisi penjual itu juga Nampak penjual kurma dan buah lainnya. Belum lagi penjual pakaian yang memanjang hingga ujung jalan. Kerumunan pedagang tersebut makin membuat lalu lintas padat. Terlebih ketika para pekerja pulang dari pabrik, tetapi hal itu dapat dimaklumi. Memang setiap menjelang Hari Raya Idul Fitri banyak orang menjadi pedagang karena keuntungannya yang besar. (Dikutip dari Modul Bahasa Indonesia untuk SMA atau MA) Paragraf adalah kesatuan pikiran yang mengungkapkan ide pokok yang berbentuk dalam rangkaian kalimat yang berkaitan dengan bentuk (kohesi) dan makna (koherensi). Bentuk paragraf 1. deduktif: inti paragraf di awal paragraf. 2. induktif: inti paragraf di kalimat terakhir. 3. campuran: inti paragraf di kalimat pertama dan terakhir. 4. ineratif: inti paragraf di tengah¬tengah paragraf. Jenis paragraf 1. narasi: menceritakan suatu kejadian berdasarkan kronologi. 2. deskripsi: menggambarkan suatu kejadian dengan kata¬kata yang merangsang indra agar realistis. 3. eksposisi: menguraikan sesuatu sejelas¬jelasnya agar pembaca mudah mengerti dan jelas. 4. argumentasi: berisi fakta yang tidak untuk persuasif melainkan hanya menegaskan pendapat penulis. 5. persuasi: berisi ajakan untuk merubah pendapat pembaca agar sama dengan penulis. Pola pengembangan 1. definisi: menjelaskan sesuatu dengan jelas dengan konjungsi (adalah, ialah, yaitu) yang tepat agar gampang dimengerti. 2. contoh: memberikan contoh agar mudah dipahami. 3. fungsional: mempunyai kegunaan tertentu untuk sang penulis. 4. kausal: menunjukkan hubungan sebab¬akibat dalam suatu kejadian. 5. spasial: menulis yang berhubungan dengan tempat tertentu dan menggambarkannya. 6. perbandingan: membandingkan sesuatu untuk menemukan perbedaan atau persamaan. 7. kronologi: mempunyai catatan waktu yang jelas. Contoh 1. paragraf deduktif¬narasi¬kronologi Siang itu matahari bersinar dengan terik, wajar saja mengingat waktu menunjukkan tepat pukul 13.00 siang. Di tengah lapangan tampak dua tim futsal yang tengahbertanding memperebutkan juara satu dan dua SMUKIE CUP 2008. Mereka sudahmelangkah hingga ke babak final. Kedua sekolah itu, SMAK 4 PENABUR dan SMATarakanita 2 memang terkenal atas kepiawaian dalam berlaga bola kaki. Di standpanitia, seorang gadis berambut panjang sedang berbicara, ingin menyampaikanpesan kepada salah satu temannya yang bernomor punggung 77 dari Tarakanita. "Ada titipan salam nih dari Anit buat tim Tarq, semoga menang yah... Oh ya, buatyang bernomor punggung 77, kenalan dong, ganteng banget deh," demikian panitiaberujar lewat pengeras suara. Si gadis pun tersenyum ringan, gembira karena pesan jahilnya telah tersampaikan.Ia kemudian menghampiri teman¬temannya dari SMAK 1, lalu mengamatipertandingan yang telah berjalan separuh waktu. Tiba¬tiba, matanya menangkapsesuatu pada kaos penjaga gawang lawan. "Hah?" ia kaget hingga tak dapat berucap apa¬apa. Rupanya dari tim SMAK 4 jugaada pemain yang bernomor punggung 77. Walau dalam hati ia malu tetapi mukatetap dipasang topeng pede alias percaya diri, sementara teman yang lain tidakkuasa menahan tawa melihat kejadian yang konyol itu. 2. paragraf induktif¬deskripsi¬fungsional Ada suatu barang yang benar¬benar sedang saya inginkan. Barang itu baru sajadiluncurkan, kira¬kira satu bulan yang lalu. Warnanya hitam, mengkilat, dengandesain yang elegan dan keren. Sungguh menarik. Siapapun yang memakainya tentuakan merasa percaya diri dan meningkatkan gengsi. Benda tersebut memiliki banyakfitur yang akan mempermudah gaya hidup metropolitan yang serba sibuk dan instan,seperti 3.5 G, WLAN, kamera berkekuatan 5 megapiksel, kualitas suara yang jernih,serta tentunya memori sebesar 16 GB. Hanya sayang, harganya tergolong mahaluntuk usia SMA. Namun, apa boleh dikata, hati sudah terlanjur suka, apapun akandilakukan demi mendapatkan telepon genggam pujaan hati, termasuk merayu sang ayah yang sangat menyayangi putri tercintanya ini. 3. paragraf ineratif¬eksposisi¬definisi Apa itu biologi? Tentunya banyak orang yang sering bertanya¬tanya mengenai cabang ilmu yang satu ini. Ilmu yang baru didapat mulai SMP ini mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan makhluk hidup, baik manusia maupun hewan dan tumbuhan. Ternyata, penggolongan organisme dalam biologi tidak sebatas apa yang diketahui awam selama ini. Kingdom ¬istilah untuk kelompok makhluk hidup¬ terbagi atas virus, archaebacteria, eubacteria, protista, fungi, plantae, dan animalia. Bingung? Ya memang dalam biologi, sering digunakan bahasa Latin dalam penulisan dan penamaan. Karena luasnya cabang biologi yang dapat dipelajari, banyak sekali profesi yang dapat dipilih setelah selesai mempelajari, antara lain dokter, ahli botani, peneliti, pembuat obat, bahkan hingga pengembangan teknologi pangan. Semua dapat dipelajari dalam ilmu yang satu ini
Pengertian Paragraf Deduktif dan Induktif

Pengertian Paragraf Deduktif dan Induktif lihat : Jenis-jenis Metode Karangan Paragraf Paragraf adalah susunan dari beberapa kalimat yang terjalin utuh, mengandung sebuah makna, dan didalamnya terdapat gagasan utama. Paragaraf deduktif dan Induktif adalah salah satu contoh paragraph yang dilihat dari letak gagasan utamanya. Paragraf Deduktif Paragraf deduktif adalah paragraf yang kalimat utamanya terletak di awal paragaraf dan dilengkapi dengan kalimat penjelas sebagai pelengkapnya. Paragraf ini diawali dengan pernyataan umum dan disusul dengan penjelasan umum. Rangkaian kalimat Paragraf Deduktif mendukung suatu kalimat utama yang berada dibagian awal. Jadi, paragraf deduktif memiliki gagsan pokok (kalimat utama) diawal kalimat dan dijelaskan oleh kalimat-kalimat berikutnya. Contoh: Pada tahun 2008 kualitas masyarakat Indonesia semakin rendah. Hal ini dapat dilihat dari semakin meningkatnya angka pengangguran di Indonesia.Yang tahun sebelumnya hanya 30%, prosentase angka pengangguran dan tahun ini bertambah menjadi 40%. Angka kriminalitas di Indonesia juga semakin membeludak.Dan yang paling parah banyak masyarakat Indonesia yang tidak mengikuti program pemerintah 9 tahun. Dilihat dari dua realita ini kita suda bisa mengukur SDM masyarakat Indonesia Contoh Lainnya : Desakan masyarakat agar Jakarta segera memiliki jalur khusus sepeda akan segera terjawab. Mulai awal 2010, jalur khusus pesepeda pertama di Ibu Kota akan disediakan di sepanjang ruas antara Lebak Bulus dan Jalan Sisingamangaraja, Jakatra Selatan. “Persiapan masih dilakukan, termasuk bagaimana teknis penyediaan jalur sepeda ini. Namun demikian, kami sudah siap untuk menyediakan jalur sepeda bagi masyarakat. Diharapkan awal tahun 2010 sudah bisa direalisasikan,” kata Wali Kota Jakarta Selatan. Penyediaan jalur khusus sepeda merupakan program Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Diharapkan, jika jalur khusus di Jakarta Selatan sukses melayani kebutuhan masyarakat, jalur serupa akan dibangun di kawasan lain di Jakarta. (Dikutip dari www.kompas.com) lihat : Jenis-jenis Metode Karangan Paragraf Paragraf Induktif Pargaragraf Induktif adalah Paragraf yang kalimat utamanya terletak diakhir kalimat dan kalimat penjelasnya terletak di awal paragraph. Paragraf ini diawali dengan urutan pernyataan khusus dan disusul dengan pernyataan umum. Contoh: Setiap hari Abo selalu pulang malam. Sekitar jam 20.00. Sangat tak masuk akal jika seorang pelajar pulang malam. Diapun tak pernah belajar. Hidupnya selalu di penuhi dengan gemerlapnya dunia. Tak ada kata susah didalam pikirannya. Maka dari itu sangart wajar sekali jika Abo tidak naik kelas. Contoh lainnya : Banyak penjual kerudung di jalan keluar pabrik. Di sisi-sisi penjual itu juga Nampak penjual kurma dan buah lainnya. Belum lagi penjual pakaian yang memanjang hingga ujung jalan. Kerumunan pedagang tersebut makin membuat lalu lintas padat. Terlebih ketika para pekerja pulang dari pabrik, tetapi hal itu dapat dimaklumi. Memang setiap menjelang Hari Raya Idul Fitri banyak orang menjadi pedagang karena keuntungannya yang besar Paragraf Deduktif & Induktif Paragraf deduktif adalah rangkaian kalimat yang mendukung suatu kalimat utama yang berada dibagian awal. Jadi, paragraf deduktif memiliki gagsan pokok (kalimat utama) diawal kalimat dan dijelaskan oleh kalimat-kalimat berikutnya. Contoh paragraf deduktif adalah sebagai berikut: Desakan masyarakat agar Jakarta segera memiliki jalur khusus sepeda akan segera terjawab. Mulai awal 2010, jalur khusus pesepeda pertama di Ibu Kota akan disediakan di sepanjang ruas antara Lebak Bulus dan Jalan Sisingamangaraja, Jakatra Selatan. “Persiapan masih dilakukan, termasuk bagaimana teknis penyediaan jalur sepeda ini. Namun demikian, kami sudah siap untuk menyediakan jalur sepeda bagi masyarakat. Diharapkan awal tahun 2010 sudah bisa direalisasikan,” kata Wali Kota Jakarta Selatan. Penyediaan jalur khusus sepeda merupakan program Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Diharapkan, jika jalur khusus di Jakarta Selatan sukses melayani kebutuhan masyarakat, jalur serupa akan dibangun di kawasan lain di Jakarta. (Dikutip dari www.kompas.com) Paragraf Induktif adalah paragraf yang letak kalimat utamanya dinyatakan di akhir paragraf sebagai kesimpulan. Contoh paragraph induktif adalah sebagai berikut: Banyak penjual kerudung di jalan keluar pabrik. Di sisi-sisi penjual itu juga Nampak penjual kurma dan buah lainnya. Belum lagi penjual pakaian yang memanjang hingga ujung jalan. Kerumunan pedagang tersebut makin membuat lalu lintas padat. Terlebih ketika para pekerja pulang dari pabrik, tetapi hal itu dapat dimaklumi. Memang setiap menjelang Hari Raya Idul Fitri banyak orang menjadi pedagang karena keuntungannya yang besar. (Dikutip dari Modul Bahasa Indonesia untuk SMA atau MA) Paragraf adalah kesatuan pikiran yang mengungkapkan ide pokok yang berbentuk dalam rangkaian kalimat yang berkaitan dengan bentuk (kohesi) dan makna (koherensi). Bentuk paragraf 1. deduktif: inti paragraf di awal paragraf. 2. induktif: inti paragraf di kalimat terakhir. 3. campuran: inti paragraf di kalimat pertama dan terakhir. 4. ineratif: inti paragraf di tengah¬tengah paragraf. Jenis paragraf 1. narasi: menceritakan suatu kejadian berdasarkan kronologi. 2. deskripsi: menggambarkan suatu kejadian dengan kata¬kata yang merangsang indra agar realistis. 3. eksposisi: menguraikan sesuatu sejelas¬jelasnya agar pembaca mudah mengerti dan jelas. 4. argumentasi: berisi fakta yang tidak untuk persuasif melainkan hanya menegaskan pendapat penulis. 5. persuasi: berisi ajakan untuk merubah pendapat pembaca agar sama dengan penulis. Pola pengembangan 1. definisi: menjelaskan sesuatu dengan jelas dengan konjungsi (adalah, ialah, yaitu) yang tepat agar gampang dimengerti. 2. contoh: memberikan contoh agar mudah dipahami. 3. fungsional: mempunyai kegunaan tertentu untuk sang penulis. 4. kausal: menunjukkan hubungan sebab¬akibat dalam suatu kejadian. 5. spasial: menulis yang berhubungan dengan tempat tertentu dan menggambarkannya. 6. perbandingan: membandingkan sesuatu untuk menemukan perbedaan atau persamaan. 7. kronologi: mempunyai catatan waktu yang jelas. Contoh 1. paragraf deduktif¬narasi¬kronologi Siang itu matahari bersinar dengan terik, wajar saja mengingat waktu menunjukkan tepat pukul 13.00 siang. Di tengah lapangan tampak dua tim futsal yang tengahbertanding memperebutkan juara satu dan dua SMUKIE CUP 2008. Mereka sudahmelangkah hingga ke babak final. Kedua sekolah itu, SMAK 4 PENABUR dan SMATarakanita 2 memang terkenal atas kepiawaian dalam berlaga bola kaki. Di standpanitia, seorang gadis berambut panjang sedang berbicara, ingin menyampaikanpesan kepada salah satu temannya yang bernomor punggung 77 dari Tarakanita. "Ada titipan salam nih dari Anit buat tim Tarq, semoga menang yah... Oh ya, buatyang bernomor punggung 77, kenalan dong, ganteng banget deh," demikian panitiaberujar lewat pengeras suara. Si gadis pun tersenyum ringan, gembira karena pesan jahilnya telah tersampaikan.Ia kemudian menghampiri teman¬temannya dari SMAK 1, lalu mengamatipertandingan yang telah berjalan separuh waktu. Tiba¬tiba, matanya menangkapsesuatu pada kaos penjaga gawang lawan. "Hah?" ia kaget hingga tak dapat berucap apa¬apa. Rupanya dari tim SMAK 4 jugaada pemain yang bernomor punggung 77. Walau dalam hati ia malu tetapi mukatetap dipasang topeng pede alias percaya diri, sementara teman yang lain tidakkuasa menahan tawa melihat kejadian yang konyol itu. 2. paragraf induktif¬deskripsi¬fungsional Ada suatu barang yang benar¬benar sedang saya inginkan. Barang itu baru sajadiluncurkan, kira¬kira satu bulan yang lalu. Warnanya hitam, mengkilat, dengandesain yang elegan dan keren. Sungguh menarik. Siapapun yang memakainya tentuakan merasa percaya diri dan meningkatkan gengsi. Benda tersebut memiliki banyakfitur yang akan mempermudah gaya hidup metropolitan yang serba sibuk dan instan,seperti 3.5 G, WLAN, kamera berkekuatan 5 megapiksel, kualitas suara yang jernih,serta tentunya memori sebesar 16 GB. Hanya sayang, harganya tergolong mahaluntuk usia SMA. Namun, apa boleh dikata, hati sudah terlanjur suka, apapun akandilakukan demi mendapatkan telepon genggam pujaan hati, termasuk merayu sang ayah yang sangat menyayangi putri tercintanya ini. 3. paragraf ineratif¬eksposisi¬definisia Apa itu biologi? Tentunya banyak orang yang sering bertanya¬tanya mengenai cabang ilmu yang satu ini. Ilmu yang baru didapat mulai SMP ini mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan makhluk hidup, baik manusia maupun hewan dan tumbuhan. Ternyata, penggolongan organisme dalam biologi tidak sebatas apa yang diketahui awam selama ini. Kingdom ¬istilah untuk kelompok makhluk hidup¬ terbagi atas virus, archaebacteria, eubacteria, protista, fungi, plantae, dan animalia. Bingung? Ya memang dalam biologi, sering digunakan bahasa Latin dalam penulisan dan penamaan. Karena luasnya cabang biologi yang dapat dipelajari, banyak sekali profesi yang dapat dipilih setelah selesai mempelajari, antara lain dokter, ahli botani, peneliti, pembuat obat, bahkan hingga pengembangan teknologi pangan. Semua dapat dipelajari dalam ilmu yang satu ini

ANALISIS SETRUKTURAL SAJAK “TAHAJJUD CINTAKU” KARYA EMHA AINUN NAJIB

ANALISIS SETRUKTURAL SAJAK “TAHAJJUD CINTAKU”
KARYA EMHA AINUN NAJIB

Disususun Guna Memenuhi Tugas Akhir
Mata Kuliah: Puisi II
Dosen Pengampu: Wachid Eko P





Disusun Oleh:
Yusuf Subekti
(08003023)



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA 2011 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan kreativitas dan rekaan pengarang berdasarkan pengalaman jiwa yang diperoleh dari lingkungan kehidupan sekitarnya. Salah satu karya sastra yang kita kenal adalah puisi. Puisi adalah karya sastra yang indah untuk anak sastra , karena didalam puisi terdapat banyak unsur yang dapat dijabarkan luas dan menyeluruh.Dalam pemaknaan puisi tidaklah mudah seperti berbicara saja. Karena didalam puisi banyak sekali keanekaragaman yang dapat memecah dan membingungkan pikiran. Salah satunya adalah puisi pamflet, disebut pamflet karena bahannya terdiri dari bahasa pamflet. Kata-katanya mengungkapkan rasa tidak puas kepada keadaan . Munculnya kata-kata yang berisi protes pemikiran atau perenungan yang mendalam. Istilah istilah gagah untuk membela kelompoknya disertai istilah tidak simpatik yang memojokkan pihak yang dikritik .
Sajak merupakan kesatuan yang utuh atau bulat, maka perlu dipahami secara utuh dan bulat pula. Untuk memudahkan pemahaman seperti itu, maka perlulah disini diberikan parafase setiap sajak sebelum dianalisis secara nyata lebih lanjut. Hal ini juga desebabakan oleh sajak menyatakan sesuatau secara tak langsung, maka diharapkan parafase ini dapat lebih memudahkan pemahaman dan mengikuti analisis sajak.Sesungguhnya parafase baru dapat dibuat sesudah sajak sajak di analisis, ditafsiskan, dan diterangkan mengenai ambiguitas bahasanya dan jalani unsur- unsur lainya.
Dalam sajak puisi Tahajjud Cintaku karya Emha Ainun Najib , banyak terdapat keunikan bahasa dan menggunakan kata-kata khas puisi. Pilihan diksi dan gaya bahasa yang dipakai pengarang sangat berpengaruh dalam penentuan karakter setiap pengarang. Untuk itu pemakalah akan menganalisis sajak puisi Tahajjud Cintaku karya Emha Ainun Najib untuk mengetahui struktur batin struktur fisik sajak puisis tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana betuk struktur batin sajak puisi Tahajjud Cinta karya Emha Ainun Najib
2. Bagaimana bentuk struktur fisik sajak puisi Tahajjud Cinta karya Emha Ainun Najib
C. Tujuan penelitian
1. Mengetahiu dan mendeskripsikan struktur fisik sajak puisi Tahajjud Cintaku karya Emha Ainun Najib
2. Mengetahui dan mendeskripsikan struktur batin sajak puisi Tahajjud Cintaku karya Emha Ainun Najib
BAB II
Kajian Teori
A. Struktur Fisik Puisi
Adapun struktur fisik puisi dijelaskan sebagai berikut.
1. Perwajahan puisi (tipografi), yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal tersebut sangat menentukan pemaknaan terhadap puisi.
2. Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata. Geoffrey (dalam Waluyo, 19987:68-69) menjelaskan bahwa bahasa puisi mengalami 9 (sembilan) aspek penyimpangan, yaitu penyimpangan leksikal, penyimpangan semantis, penyimpangan fonologis, penyimpangan sintaksis, penggunaan dialek, penggunaan register (ragam bahasa tertentu oleh kelompok/profesi tertentu), penyimpangan historis (penggunaan kata-kata kuno), dan penyimpangan grafologis (penggunaan kapital hingga titik)
3. Imaji, yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, medengar, dan merasakan seperti apa yang dialami penyair.
4. Kata kongkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang. Misal kata kongkret “salju: melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dll., sedangkan kata kongkret “rawa-rawa” dapat melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan, dll.
5. Bahasa figuratif, yaitu bahasa berkias yang dapat menghidupkan/meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu (Soedjito, 1986:128). Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna (Waluyo, 1987:83). Bahasa figuratif disebut juga majas. Adapaun macam-amcam majas antara lain metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi, anafora, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars pro toto, totem pro parte, hingga paradoks.
6. Versifikasi, yaitu menyangkut rima, ritme, dan metrum. Rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi. Rima mencakup (1) onomatope (tiruan terhadap bunyi, misal /ng/ yang memberikan efek magis pada puisi Sutadji C.B.), (2) bentuk intern pola bunyi (aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak berselang, sajak berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi [kata], dan sebagainya [Waluyo, 187:92]), dan (3) pengulangan kata/ungkapan. Ritma merupakan tinggi rendah, panjang pendek, keras lemahnya bunyi. Ritma sangat menonjol dalam pembacaan puisi
B. Struktur Batin Puisi
Adapun struktur batin puisi akan dijelaskan sebagai berikut.
1. Tema/makna (sense); media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan.
2. Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan. Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak bergantung pada kemampuan penyairmemilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya.
3. Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dll.
4. Amanat/tujuan/maksud (itention); sadar maupun tidak, ada tujuan yang mendorong penyair menciptakan puisi. Tujuan tersebut bisa dicari sebelum penyair menciptakan puisi, maupun dapat ditemui dalam puisinya
BABIII
PEMBAHASAN
A. SAJAK TAHAJJUD CINTAKU KARAYA EMHA AINUN NAJIB
TAHAJJUD CINTAKU
Oleh :
Emha Ainun Najib
Mahaanggun Tuhan yang menciptakan hanya kebaikan
Mahaagung ia yang mustahil menganugerahkan keburukan
Apakah yang menyelubungi kehidupan ini selain cahaya
Kegelapan hanyalah ketika taburan cahaya takditerima
Kecuali kesucian tidaklah Tuhan berikan kepada kita
Kotoran adalah kesucian yang hakikatnya tak dipelihara
Katakan kepadaku adakah neraka itu kufur dan durhaka
Sedang bagi keadilan hukum ia menyediakan dirinya
Kemana pun memandang yang tampak ialah kebenaran
Kebatilan hanyalah kebenaran yang tak diberi ruang
Mahaanggun Tuhan yang menciptakan hanya kebaikan
Suapi ia makanan agar tak lapar dan berwajah keburukan
Tuhan kekasihku tak mengajari apa pun kecuali cinta
Kebencian tak ada kecuali cinta kau lukai hatinya
1988


B. ANALISIS STRUKTUR FISIK SAJAK “TAHAJJUD CINTAKU” KARYA EMHA
AINUN NAJIB.

1. Diksi
Dalam pemilihan kata da Emha Ainun Najib dalam sajak ini menggunakan kata- kata yang mudah dipahami dan sering kita temukan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga itu akan memudahkan para pembaca atau penganalisis puisi untuk memahami dan menangkap isi dari sajak puisi tersebut. Kata – kata tersebut dapat dilihat seperti kata, suci, cahaya, mustahil, neraka dan masih banyak lainya. Kata- kata tersebut sering sekali kita temukan dalam kehidupan sehari-hari.
Meskipun Emha Ainun Najib dalam sajak ini hanya menggunakan kata- kata yang biasa atau mudah dipahami, namun sajak itu terlihat indah dan bagus. Hal itu disebabakan karena Emha Ainun Najib bisa menggabungkan kata- kata yang padu dan serasi sehingga terbentuklah sebuah sajak yang indah dan bagus.

2. Tipografi Puisi / Perwajahan Puisi
Bentuk tipografi puisi di atas adalah diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan titik setiap barisnya. Sehingga setiap baris mempunyai makna tersendiri, yang kemudian di satukan secara keseluruhan dalam satu sajak. Selain itu bentuk tipografi sajak diatas adala tulisan ditulis dari kiri kekanana dan rata kiri, tidak dibuat menjorok ke dalam. Dengan tipografi tersebut diharapkan dapat mempermudah pembaca untuk memahami isi dari puisi tersebut.

3. Imaji / Citraan
Kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan yang terdapat dalam sajak “Tahajjud Cinta” adalah citraan penglihatan. Dalam sajak tersebut banyak sekali citraan penglihatan yang muncul. Citraan itu dapat dilihat dari beberapa kata yang muncul seperti kata “cahaya, kegelapan, dan memandang”. Dari kata- kata tersebut sudah cukup jelas bahwa sajak di atas sangat menonjolkan citraan penglihata. Dengan menggunakan citraan penglihatan pengarang ingin menunjukan sebuah gambaran yang sebenarnya terjadi dalam kehidupan kita sehari- hari. Bahwa dalam kehidupan sehari- hari kita sebagai makhluk Tuhan selalu melakukan kesalahan dan kebaikan.

4. Kata Kongkret
Kata kongkret yang muncul dalah sajak diatas adalah kata “cinta”. Kata cinta adalah melambangkan sebuah kasih sayang yang selalu tercurahkan kepada seseorang yang disayangi dan diinginkan. Namaun dalam sajak diatas buka rasa sayang antara satu orang kepada oarang lainya, tetapi rasa sayang dari Sang Pencipta terhadap makhluNya. Rasa sayang tersebut terwujud dari bagaimana Tuhan selalu memberikan kebaikan dan tidak akan memberikan keburukan kepada mahklukNya. Selain itu rasa sayang dapat terlihat bagaimana Tuhan selalu mengingatkan kepada makhluNya jika makhlukNya melakukan kesalahan atau berada pada jalan yang tidak lurus.
Selain kata cinta, kata konkret yang muncul adalah kata tahajjud. Tahajjud adalah melambangkan sebuah permohonan yang dialkukan oleh umat manusia terhadap Tuhanya. Sehingga dalam sajak diatas juga digambarkan bagaimana umat manusia selalu memohon kepada Allah swt untuk selalu menunjukan pada jalan yang benara dan selalu diberikan rizeki dan kesehatan yang cukup.
5. Vertifikasi (rima,ritma, metrum)
Rima pada sajak di atas adalah (aabb) pada bait pertama yaitu berakiran –an,-an, –a,dan -a. Sedangkan pada bait ke dua berubah menjadi (aaaa) yaitu berakhiran –a semua. Kemudian pada bait ke tiga adalah (abaa) yaitu berakhiran –an,-ng, -an, dan, -an serta pada bait terakhir ditutup dengan (aa) yaitu berakhiran –a, dan, -a.
Ritma barupa ikatan yang mengikat bait dengan menggunakan keterangan kalimat. Sehingga ritma sajak Tahajjud Cintaku pada bait pertama adalah frase /mahaagung/ kemudian pada bait ke dua yaitu frase /kecuali/ dilanjutkan pada bait ke tiga menggunakan frase /kenama/ dan ditutup pada bait terakhir menggunakan frase /Tuhan/.

6. Bahasa kiasana / Majas
Gaya bahasa hiperbula muncul dalam sajak di atas yaitu terdapat pada kalimat “Suapi ia makanan agar tak lapar dan berwajah keburukan” . kata “suapin” adalah melambangkan bagaimana sebuah pemberian petunjuk yang benar kepada seseorang yang belum mengetahui kebenaran tersebut. Kemudian kata “lapar” melambangkan seseorang yang tidak mempunyai apa- apa baik ilmu pengetahuan atau apa pun.
C. STRUKTUR BATIN SAJAK “TAHAJJUD CINTAKU” KARYA EMHA AINUN NAJIB

a. Tema
Tema yang disampaikan dalam sajaka Tahajjud Cintaku karya Emha Ainun Najib ini adalah tetang religius, karena dalam saja tersebut menceritakan tentang bagaimana keangungan Allah swt. yang selalu menciptakan kebaikan bagai semua mahlukNya. Selain itu juga diceritakan bagaimana bentuk kebaikan dan keburukan yang dilakukan oleh mahluk Tuhan terhadapa Tuhanya sendiri. Semua mahluk deberikan kebebasan untuk memilih, dan berkehendak, tetapi semua yang mereka lakukan harus dipertanggung jawabkan kelak.

b. Nada
Dalam sajak ini tergambar suasana sunyi dimana penyair sedang merenungkan bagaimana kehidupannya yang sering melakukan kesalan yaitu kesalaha dalam bertindak maupun dalam berbuat. Sehingga penyai menyampaikan dengan nada ratapan merendah terhadap kesalahan- kesalah yang sering beliau lakukan.

c. Perasaan / Rasa
Sajak ”Tahajjud Cintaku” ini merupakan ekspresi penyesalan yang ditampilkan penyair dengan suasana sunyi. Penyesalan ini dikarenakan oleh seringnya penyair melakukan kesalah dalam berbuat dan bertindak, sehingga ia selalu memohon petunjuk pada Tuhan untuk selalu ditunjukan pada jalan yang benar. Dengan rasa merendahkan diri serendah mungkun dihadapan Tuhan penyair memohon petunjuk kenbenaran.
d. Amanat
Dengan sajak ini Emha Ainun Najib ingin menyampaikan amanat bagi kita semua. Setelah membaca dan memahami sajak Tahajjud Cintaku ini kita diharapkan dapat mempertebal dan memperkuat keimanan kita, serta selalu memohon petunjuk pada Allah swt, karena kita sering sekali melakukan baik secara sadar maupun tidak sadar . Semua umat manusia dilahirkan di muka bumi ini tidak sempurna mereka mempunyai kelebihan dan kekurangan.
BAB IV
SIMPULAN
Dari pembahasan tersebut sajak “ Tahajjud Cintaku” karya Emha Ainun Najib dapat disimpulakn sebagai berikut :
1. Struktur fisik sajak “Tahajjud Cinta” karya Emha Ainun Najib
a. DiksiDalam pemilihan kata da Emha Ainun Najib dalam sajak ini menggunakan kata- kata yang mudah dipahami
b. Tipografi puisi adalah diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan titik setiap barisnya.
c. Kata kongkret yang muncul dalah sajak diatas adalah kata “cinta”dan kata “tahajjud”
d. Rima pada sajak di atas adalah (aabb) pada bait pertama, pada bait ke dua berubah menjadi (aaaa), pada bait ke tiga adalah (abaa),dan pada bait terakhir ditutup dengan (aa). Sedangkan Ritma pada bait pertama adalah frase /mahaagung/ kemudian pada bait ke dua yaitu frase /kecuali/ dilanjutkan pada bait ke tiga menggunakan frase /kenama/ dan ditutup pada bait terakhir menggunakan frase /Tuhan/.
e. Majas yang muncul pada sajak tersebut adalah majas hiperbola.
2. Struktur batin sajak “Tahajjud Cintaku” karya Emha Ainun Najib
a. Tema yang disampaikan dalam sajaka Tahajjud Cintaku karya Emha Ainun Najib ini adalah tetang religius, karena dalam saja tersebut menceritakan tentang bagaimana keangungan Allah swt,
b. Nada yang disampaikan oleh penyair adalah nada ratapan rendah untuk menyesali semua kesalahannya dan memohon petunjuk pada jalan yang benar kepada Tuhan.
c. Rasa yang muncul dalam sajak di atas adalah Dengan rasa merendahkan diri serendah mungkun dihadapan Tuhan penyair memohon petunjuk kenbenaran
d. Amanat Tema yang disampaikan dalam sajaka Tahajjud Cintaku karya Emha Ainun Najib ini adalah tetang religius, karena dalam saja tersebut menceritakan tentang bagaimana keangungan Allah swt


DAFTAR PUSTAKA


Pradopo,Rahmad Joko.2002.Pengkajian Puisi.Yogyakarta: Gajah Mada.
University Pres.

Suwodo,Tirto.2000.Semerbak Sajak.Yogyakarta: Gama Media.

Jabrohim(ed).2003.Metodelogi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Hanindita.













YUSUF SUBEKTI
08003023

SOAL A
1. Alasan yang menyebabkan puisi untuk dianalisis adalah karena puisi merupakan karya sastra yang indah untuk anak sastra , karena didalam puisi terdapat banyak unsur yang dapat dijabarkan luas dan menyeluruh. Sehingga puisi merupakan karya satra yang perlu dikaji mendalam isi dan keindahnya. Selain keindahan dan isi, pengkajian puisi dilakukan karena untuk memajukan dunia perpuisian.
2. Strata Norma menurut Husserl
 Lapis bunyi (sound stratum). Bila orang membaca puisi (karya sastra), yang terdengar adalah rangkaian bunyi yang dibatasi oleh jeda pendek, agak panjang, dan panjang. Akan tetapi, suara itu bukan hanya bunyi tanpa arti. Sesuai dengan konvensi bahasa, bunyi itu disusn sedemikian rupa hingga menimbulkan arti berdasarkan konvensi. Dengan adanya satuan-satuan suara, orang menangkap artinya. Maka, lapis bunyi itu menjadi dasar timbulnya lapis arti.
 Lapis arti (units of meaning) berupa rangkaian fonem, suku kata, kelompok kata (frase), dan kalimat. Semuanya itu merupakan satuan-satuan arti. Akan tetapi, dalam karya sastra yang merupakan satuan minimum arti adalah kata. Kata dirangkai menjadi kelompok kata dan kalimat. Kalimat-kalimat berangkai menjadi alinea, bab, dan keseluruhan cerita ataupun keseluruhan sajak. Rangkaian satuan-satuan arti itu menimbulkan lapis ketiga, yaitu objek-objek yang dikemukakan, pelaku, latar, dan semuanya itu berangkai menjadi dunia pengarang berupa cerita, lukisan, ataupun pernyataan.
 Lapis objek yang dikemukakan, “dunia pengarang”, pelaku, tempat (setting). “dunia” yang dipandang dari titik pandang tertentu yang tidak perlu dinyatakan secara eksplisit karena sudah terkandung didalamnya (implied). Sebuah peristiwa dapat dikemukakan atau dinyatakan “terdengar” atau “terlihat”, bahkan peristiwa yang sama, misalnya jederan pintu, dapat menyiratkan atau memperlihatkan aspek watak “luar” atau “dalam”. Misalnya, pintu membuka bersuara halus dapat memberi sugesti yang membuka atau menutup seorang wanita atau orang yang berwatak hati-hati.
 Lapis metafisik, berupa sifat-sifat metafisik (yang sublim, yang tragis, mengerikan atau menakutkan, dan yang suci), dengan sifat-sifat ini karya sastra memberikan renungan (kontemplasi) kepada pembaca. Akan tetapi, lapis metafisik tidak terdapat dalam semua karya sastra.
Strata Norma menurut J. Elema
 lapis suara (sound stratum) dasar timbulnya
 lapis arti (units of meaning), rangkaian fonem, kata, frase, dan kalimat dalam suara-suara itu dapat menimbulkan arti atau makna-makna tersendiri;
 lapis objek yang dikemukakan pengarang, seperti latar, peristiwa, pelaku, dan dunia pengarang yang berupa cerita atau lukisan;
 lapis “dunia” yang dipandang dari titik pandang tertentu yang tak perlu dinyatakan, tetapi terkandung di dalamnya (implied), misalnya suara derit pintu yang dibuka oleh seseorang, apabila pintu itu berderit dengan perlahan dan halus, akan timbul sugesti bahwa yang membuka pintu itu seorang wanita yang berwatak halus dan penuh kehati-hatian atau orang yang sabar; sebaliknya apabila derit pintu itu bersuara keras, “jedor!”, akan menimbulkan sugesti bahwa yang membuka pintu itu orang laki-laki yang berwatak kasar atau sedang marah; dan
 lapis metafisis, berupa sifat-sifat yang mampu membimbulkan renungan yang sublim (mulia), yang tragis, mengerikan atau menakutkan, dan yang suci.
3. Ketidak langsungang ekspresi puisi menurut Riffaterre adalah disebabkan oleh tiga hal yaitu pergantian arti (displacing meaning ) ,penyimpangan arti (distoring of meaning ),dan penciptaan arti ( creating of meaning )
a. Penggantian arti
Tejadinya penggantian arti karena digunakannya bahasa kiasan di dalam karya sastra. Kata-kata yang digunakan oleh puisi itu mengganti makna yang lain. Seperti penggunaan majas metafora, metonimia, personifikasi, dan lain-lain
b. penyimpangan arti
penyimpangan arti terjadi bila di dalam puisi ada ambiguitas, kontradiksi, atau nonsense.
 Ambiguitas merupakan kata- kata, frase atau kalimat yang sering kali mempunyai atri ganda.
 Kontradiksi yaitu mengandung arti pertentangan yang disebabkan oleh paradok atau ironi.
 Nonsen adalah tidak mempunyai arti sebab tidak terdapat dalam kosa kata.
c. Penciptaan Arti
Penciptaan arti terjadi bila ruang teks berlaku sebagai prinsip pengorganisasian untuk membuat tanda- tanda keluar dari hal- hal ketatabahasaan yang secara linguistik tidak ada artinya.
4. Perbadaan antara analisi stuktural dan analisis semiotik dalam puisi.
 Analisis semiotik adalah untuk mengkaji sistem tanda, sistem tanda adalah sesuatu yang mewakili sesuatu yang lain, bisa berupa pengalaman, pikiran, perasaan, gagasan dan lainya.
 Analisis setrukturan adalah sebuah analisis yang mengkaji hubungan antar unsur pembangun dalam puisi, yaitu dapat dilakukan dengan cara mengkaji unsur- unsur pembangun puisi yaitu struktur batin dan struktur fisik puisi.
5. Perbadaan antara analisis intertekstual dengan analisis stilistika dalam analisis puisi
 Analisis intertekstual adalah mengkaji tentang sejumlah teks yang mempunyai bentuk- bentuk hubungan tertentu seperti, gaya bahasa, amana, tema dan lainya dari puisi satu dengan puisi lainya. Tujuannya adalah memberi makna secara lebih pada puisi tersebut.
 Analisis setilistika adalah ilmu yang meneliti tentang gaya bahasa, dibedakan antara setilistika deskriptif dengan genetis. Stilistika deskriptif mendekati gaya bahasa sebagai keseluruhan daya ekspresi kejiwaan yang terkandung dalam suatu bahasa dan meneliti nilai-nilai ekspresivitas khusus yang terkandung dalam suatu bahasa (langue), yaitu secara morfologis, sintaksis, dan sematis. Adapun stilistika genetis adalah stilistika induvidual yang memandang gaya bahasa sebagai suatu ungkapan yang khas pribadi.

Penggunaan Media Presentasi Pembelajaran Bahasa Indonesia

Penggunaan Media Presentasi Pembelajaran Bahasa Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi informasi dan komputer (ICT) telah berkembang dengan pesat dalam semua aspek kehidupan kita. Tidak terkecuali terhadap MAN Sidoarjo. Pembelajaran yang menggunakan media berbasis komputer (ICT) merupakan terobosan yang baru di MAN Sidoarjo yaitu dimulai tahun 2004 yang lalu. Pembelajaran dilakukan dengan menggunakan seperangkat komputer atau laptop, LCD, dan perangkat audio. Arah inovasi ini adalah agar pembelajaran menjadi lebih menarik dan efektif.
Dalam implementasinya, inovasi ini memang diterima dengan serta-merta sebagai keniscayaan perubahan. Namun demikian, tidak semua guru dapat mengadopsi inovasi ini. Masih banyak di antara guru, khususnya guru senior kurang akrab dengan komputer. Para guru tersebut tetap menggunakan pendekatan konvensional atau telah menggunakan pendekatan pembelajaran yang baru tanpa menggunakan media presentasi pembelajaran berbasis ICT. Sementara itu beberapa guru yunior memang mau menerima inovasi tersebut dan menerapkannya dalam pembelajaran, meskipun media presentasi pembelajarannya bukan hasil karya sendiri melainkan membeli paket-paket yang sudah terjual bebas..
Demikian pula dengan pembelajaran bahasa Indonesia. Agar pembelajaran menjadi lebih menarik dan berhasil, beberapa guru menggunakan media presentasi pembelajaran dengan cara membeli dan menggunakannya secara langsung. Misalnya media pembelajaran pembacaan puisi, drama, atau film.
Dalam silabus Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 terdapat beberapa topik pembahasan pembelajaran menggunakan wacana rekaman televisi, Namun demikian penggunaan media pembelajaran yang berhubungan dengan topik ini mengalami kendala. Kendalanya antara lain :
a. Media pembelajaran yang berasal dari televisi khususnya berita belum pernah ada, dan belum pernah dibuat apalagi dijual bebas; padahal topik tersebut beberapa kali muncul dalam silabus KTSP 2006 bahasa Indonesia SMA / MA.
b. Pembuatan media pembelajaran ini membutuhkan kemampuan yang kompleks dan relatif tinggi, khususnya bidang software & hardware komputer, yaitu desain grafis, pembuatan animasi, editing gambar dan suara.
c. Pembuatan media pembelajaran harus memiliki langkah-langkah dan prosedur tertentu sehingga cukup layak dianggap sebagai media pembelajaran.
d. Bila disampaikan hanya dengan metode pemberian tugas, siswa dan guru kesulitan menemukan stasiun televisi mana yang akan menyampaikan topik tertentu, pada hari apa dan jam berapa, karena banyak stasiun televisi.
e. Siswa sering tidak melaporkan tugas tersebut. Guru juga seringkali terlewatkan acara televisi tersebut. Pembahasan menjadi tidak efektif karena melebar dan seringkali antara guru dan siswa tidak memiliki referensi yang sama akibat selanjutnya memiliki pemahaman yang berbeda.
f. Penyampaian dengan metode ceramah, pembelajaran menjadi ’teacher centered’ siswa hanya medengarkan saja dan berakibat tidak menarik perhatian siswa dan membosankan.
g. Saat evaluasi performansi siswa, topik menjadi melebar karena pemahaman atas referensi yang berbeda. (Hasil observasi dan wawancara dengan siswa kelas X-1 dan wawancara dengan guru bahasa Indonesia.)
Pada 8-14 November 2006 lalu, MAN Sidoarjo yang diwakili oleh peneliti sendiri telah memenangi .Medali Perak (Silver Prize) untuk kategori Lomba Pembuatan Media Presentasi Pembelajaran (MPP) yang diselenggarakan oleh Dirjen Pendidikan Menengah Umum Departemen Pendidikan Nasional bersama Departemen Agama.
Berbekal pengalaman pembuatan media pembelajaran itulah, peneliti merasa sangat perlu membuat media pembelajaran untuk mata pelajaran bahasa Indonesia, khususnya topik rekaman televisi ini. Lebih lanjut, bila media pembelajaran ini dianggap memiliki kelayakan dapat disebarkan pada para guru bahasa Indonesia lain yang membutuhkannya. Demikian langka dan urgennya bagi pembelajaran, maka media pembelajaran ini segara harus dibuat.
Akhirnya, peneliti membuat Media Presentasi Pembelajaran “Sidoarjo Menangis“ (untuk selanjutnya istilah ini disingkat MPP “SM“). MPP “SM“ ini memuat rekaman berita televisi yang berhubungan dengan bencana yang berada di konteks sosial peneliti, yaitu bencana lumpur panas Lapindo Brantas. Sengaja peneliti mengambil objek ini karena bencana ini telah menjadi wacana nasional yang diperkirakan akan berlangsung hingga 30 tahunan ke depan.
Problematikanya, apakah Media Presentasi Pembelajaran (MPP) “Sidoarjo Menangis“ ini apakah dapat diterima oleh para siswa dan guru, dapatkah meningkatkan perhatian dan minat mereka dalam belajar, serta mampukah meningkatkan prestasi pembelajarannya.
Berdasarkan uraian di atas dirumuskan judul penelitian :“Penggunaan Media Presentasi Pembelajaran Bahasa Indonesia “Sidoarjo Menangis“ untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Menyimak Siswa kelas X Madrasah Aliyah Negeri Sidoarjo“.

1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
a. Apakah Media Presentasi Pembelajaran Bahasa Indonesia “Sidoarjo Menangis“ memiliki kelayakan sebagai media pembelajaran bagi siswa kelas X Madrasah Aliyah Negeri Sidoarjo?
b. Apakah penggunaan Media Presentasi Pembelajaran Bahasa Indonesia “Sidoarjo Menangis“ dapat memotivasi belajar siswa kelas X Madrasah Aliyah Negeri Sidoarjo?
c. Apakah penggunaan Media Presentasi Pembelajaran Bahasa Indonesia “Sidoarjo Menangis“ dapat meningkatkan hasil belajar menyimak siswa kelas X Madrasah Aliyah Negeri Sidoarjo?

1.3 Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah penelitian di atas, tujuan penelitian ini adalah :
a. Untuk menerapkan Media Pembelajaran Bahasa Indonesia “Sidoarjo Menangis“ dalam usaha untuk menilai kelayakannya sebagai media pembelajaran bagi siswa kelas X Madrasah Aliyah Negeri Sidoarjo.
b. Untuk menerapkan Media Pembelajaran Bahasa Indonesia “Sidoarjo Menangis“ dalam usaha untuk memotivasi siswa kelas X Madrasah Aliyah Negeri Sidoarjo.
c. Untuk menerapkan Media Pembelajaran Bahasa Indonesia “Sidoarjo Menangis“ dalam usaha untuk dapat meningkatkan hasil belajar menyimak siswa kelas X Madrasah Aliyah Negeri Sidoarjo.

1.4. Signifikansi Penelitian
Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat :
a. Bagi guru
(1) Untuk dapat mengembangkan profesionalisme guru dalam penerapan strategi pembelajaran yang efektif khususnya dalam pokok bahasan menyimak berita televisi
(2) Sebagai latihan praktik langsung melalukan penelitian tindakan kelas.
(3) Sebagai sarana untuk menghasilkan karya tulis ilmiah.
b. Bagi Siswa
(1) Untuk meningkatkan perhatian, aktivitas, dan prestasi pembelajaran
(2) Agar pembelajaran menarik, menyenangkan, dan mudah dipahami
c. Bagi Pendidikan dan Pembelajaran
Untuk dapat menyempurnakan strategi pembelajaran sehingga semakin efektif penerapannya.

1.5 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan semua uraian di atas dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut :
1. Melalui penerapan pembelajaran yang menggunakan Media Presentasi Pembelajaran Bahasa Indonesia “Sidoarjo Menangis“, siswa kelas X Madrasah Aliyah Negeri Sidoarjo menilainya layak sebagai media pembelajaran.
2. Melalui penerapan pembelajaran yang menggunakan Media Presentasi Pembelajaran Bahasa Indonesia “Sidoarjo Menangis“ dapat memotivasi siswa kelas X Madrasah Aliyah Negeri Sidoarjo.
3. Melalui penerapan pembelajaran yang menggunakan Media Presentasi Pembelajaran Bahasa Indonesia “Sidoarjo Menangis“ dapat meningkatkan hasil belajar menyimak siswa kelas X Madrasah Aliyah Negeri Sidoarjo.


BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Media Pembelajaran
Belajar adalah suatu proses yang kompleks pada semua orang dan terjadi seumur hidup yaitu sejak masih bayi hingga mati. Tanda-tanda terjadinya pembelajaran bagi seseorang adalah terjadinya perubahan tingkah laku dari tidak tahu menjadi lebih tahu, dan dari tidak bisa menjadi bisa baik dalam ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor.
Sejalan dengan ilmu pengetahuan, teknologi, dan masyarakat masyarakat serta budaya berkembang pula tugas dan peranan guru sejalan dengan jumlah anak yang memerlukan pendidikan. Mau tidak mau harus diakui guru bukanlah satu-satunya sumber belajar melainkan hanya salah satunya. Siswa, petugas perpustakaan, kepala sekolah, tutor, tokoh masyarakat, atau orang-orang yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan tertentu di masyarakat juga dapat dijadikan sumber belajar.
Menurut Arief S. Sadiman (2006) sumber belajar dapat digolongkan dalam beberapa jenis, yaitu :
a. jenis orang (people)
b. pesan atau informasi (message),
c. jenis bahan (materials), ke dalam jenis ini sering disebut perangkat lunas (software) yang di dalamnya terkandung pesan-pesan yang perlu disajikan
dengan alat bantu atau tanpa alat bantu, misalnya : modul, majalah, OHP,
compact disk (CD) program atau data.
d. Alat (device) atau hardware yang menyajikan pesan, misalnya :projector film, video, TV, Komputer, dan lain-lain.
e. Teknik adalah prosedur rutin atau acuan untuk menggunakan alat, bahan, atau orang dan lingkungan untuk menyajikan pesan, misalnya teknik demonstrasi, kuliah, ceramah, tanya-jawab, dan sejenisnya.
f. Lingkungan (setting), yaitu tempat yang memungkinkan siswa belajar. Misalnya : gedung sekolah, perpustakaan, laboratorium, museum, taman, kebun binatang, rumah sakit, pabrik, dan sejenisnya.
Sementara itu media teknologi mutakhir, terdiri dari :
a. Media berbasis telekomunikasi, misalnya : teleconfrence, kuliah jarak jauh, dsb.
b. Media berbasis mikroprosesor, misalnya : game komputer, hypermedia, CD / DVD, Computer Assisted Instructional, hypertxet, dsb.
Adapun menurut Gagne, media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa belajar. Sementara itu Briggs menyatakan bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Pada mulanya media hanya dianggap sebagai alat bantu mengajar guru (teaching aids) Alat bantu yang dipakai adalat alat bantu visual, misalnya gambar, model, objek, dan alat-alat lain yang tujuannya dapat memberikan pengalaman konket, meningkatkan motivasi belajar, mempertinggi daya serap, dan retensi belajar siswa.
Dalam proses pembelajaran, keguaan media pembelajaran adalah :
1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka)
2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera, misalnya :
a. objek yang terlalu besar – bisa digantikan dengan realitas, gambar, film, atau model;
b. objek yang kecil – dibantu dengan proyektor mikro, film atau gambar;
c. gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat, dapat dibantu dengan timelapse atau highspeed photography.
d. Kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat rekaman film, video, foto, maupun secara verbal;
e. Objek-objek yang terlalu kompleks (misalnya mesin) dapat disajikan dalam model, diagram, dan lain-lain;
f. Konsep yang terlalu luas (gunung berapi, gempa bumi, iklim, dan lain-lain) dapat divisualisasikan dalam bentuk film, gambar, dan sebagainya.
3. Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik. Dalam hal ini media pembelajaran berguna untuk :
a. menimbulkan kegairahan belajar;
b. memungkinkan interaksi lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dengan kenyataan;
c. memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya.
4. Sifat unik tiap siswa, lingkungan dan pengalaman yang berbeda, kurikulum dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru akan kesulitan bila harus diatasi sendiri. Lebih sulit lagi bila latar belakang lingkungan guru dan siswa juga berbeda. Masalah ini dapat diatasi dengan media pendidikan, yaitu kemampuannya dalam :
a. memberikan perangsang yang sama;
b. mempersamakan pengalaman;
c. menimbulkan persepsi yang sama.

2.2 Media Presentasi Pembelajaran
Perkembangan teknologi komputer dan informasi (ICT) juga semakin mengembangkan bentuk dan variasi media pembelajaran. Menurut Thomson (Elida dan Nugroho, 2003) komputer yang digunakan dalam pembelajaran dapat memberikan manfaat, yakni saat digunakan komputer meningkatkan motivasi pembelajaran. Para siswa akan menikmati kerja komputer ini dan komputer memberikan tantangan di samping komputer menampilkan perpaduan antarteks, gambar, animasi gerak, dan suara secara bersamaan maupun bergantian.
Sementara ini Bower dan Hilgard berpendapat bahwa komputer bermanfaat besar dibandingkan dengan teknologi pendidikan lainnya karena mampu memberikan presentasi materi yang sangat fleksibel bagi pembelajar dan dapat mengikuti kemajuan sejumlah pembelajar dalam waktu yang sama.
Selanjutnya, menurut Woolfolk ada 9 keuntungan menggunakan komputer dalam pembelajaran, yaitu :
a. siswa dapat menyesuaikan dengan kecepatan belajarnya,
b. dapat melatih dengan sabar,
c. dapat dipakai untuk belajar sendiri,
d. dapat disajikan berbagai macam penginderaan,
e. dapat melakukan simulasi,
f. dapat dikembangkan pemecahan masalah,
g. dapat memberikan pujian untuk memperkuat perilaku,
h. dapat membantu manajemen kelas dan sekolah
Menurut Luther (Sutopo, 2003:32) ada 6 tahap dalam pengembangan media pembelajaran berbasis komputer, yaitu:
a. Tahap pertama konsep (concept), yaitu mengidentifikasikan tujuan, kebutuhan belajar, atau hal-hal lain yang perlu diungkapkan.
b. Tahap kedua analisis karakteristik siswa, yaitu disesuaikan dengan minat, bakat, dan kemampuan siswa.
c. Tahap ketiga merencanakan dan menyusun software. Dalam hal ini ada 3 ketrampilan yang harus dimiliki pengembang sofware yaitu menguasai bidang studi materi yang akan dibahas, menguasai prosedur pengembangan media, dan menguasai program komputer.
d. Tahap keempat desain (design), yaitu yaitu tahap merancang produk secara rinci agar memudahkan tahap-tahap pembuatan produk selanjutnya.
e. Tahap kelima pengumpulan bahan (material collecting), yaitu mengoleksi bahan-bahan pendukung untuk memperkaya isi produk media tersebut,
f. Tahap keenam pembuatan (assembly), yaitu menyusun naskah materi pada setiap frame sehingga menjadi sebuah produk media yang sudah jadi.
g. Tahap ketujuh uji coba (testing), yaitu melakukan uji coba produk yang akan digunakan secara luas karena itu perlu validasi kelayakannya. Ada dua kriteria dalam ujicoba produk media pembelajaran, yaitu :
(1) kriteria pembelajaran, yang mencakup apakah sesuai dengan kurikulum, tujuan pembelajaran, sesuai dengan materinya, dan sebagainya. Jika tidak perlu dilakukan revisi.
(2) Kriteria presentasi, yaitu apakah validasi terkait dengan tampilannya di layar, kelancaran navigasi, kemudahan penggunaan, dan interaksi / komunikabilitas.
h. Tahap distribusi (distribution), yaitu tahap menyebarluaskan produk pembelajaran dan menjelaskan tujuan produk media pembelajaran tersebut.

2.3 Motivasi Belajar
Menurut Oemar Hamalik (2001, 27-28), belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku melalui interaksi dengan lingkungannya. Dalam kegiatan belajar mengajar, motivasi dapat dikatakan sebagai daya penggerak di dalam diri seorang siswa untuk menimbulkan kegiatan belajar dan menjamin kelangsungan kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai.
Macam-macam motivasi
a. Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah dorongan dalam diri seseorang yang berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu (Sardiman, 1988). Dilihat dari segi tujuan kegiatan belajar, motivasi intrinsik adalah ingin mencapai tujuan yang terkandung dalam kegiatan belajar itu sendiri.
b. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah dorongan yang aktif dan berfungsi karena adanya rangsangan dari luar. Motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar mengajar tetap penting sebab kemungkinan besar keadaan siswa itu dinamis dan juga mungkin komponen lain dalam proses belajar mengajar ada yang kurang menarik bagi siswa, sehingga diperlukan motivasi ekstrinsik.
Prayitno (1989) menyatakan bahwa betapapun baiknya potensi anak yang meliputi kemampuan intelektual atau materi yang akan diajarkan dan lengkapnya sarana belajar, namun bila siswa tidak termotivasi dalam belajar, maka belajar tidak akan berlangsung secara optimal. Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Motivasi sangat berhubungan erat dengan bagaimana seseorang melakukan kegiatan atau pekerjaan. Dengan demikian, makin banyak dan tepat motivasi belajar yang didapat siswa, maka aktivitas belajar yang dilakukan oleh siswa akan semakin tinggi sehingga pembelajaran siswa menjadi semakin berhasil.
Dengan adanya motivasi yang baik dalam belajar, maka akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain bahwa dengan adanya usaha yang tekun dan didasari adanya motivasi tinggi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik.

2.4 Pembelajaran Menyimak
Secara garus besar ketrampilan berbahasa manusia dapat digolongkan menjadi 4 macam, yaitu : menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Berdasarkan penelitian Donald E. Bird aktivitas hidup manusia didominasi aktivitas menyimak (42%), sementara aktivitas berbicara (25%), aktivitas membaca (15%), aktivitas (18%). Realitas tersebut hampir sama keadaanya dengan di Indonesia (Tarigan, 1990:48). Karena itulah, kurikulum 2004 dan 2006 menitikberatkan pembelajaran bahasa, khususnya bahasa Indonesia pada empat ketrampilan berbahasa tersebut.
Menurut Henry Guntur Tarigan, ada beberapa teknik pembelajaran menyimak, yaitu : (a) dengar-ulang ucap, (b) dengar tulis (dikte), (c) dengar kerjakan, (d) dengar terka, (e) memperluas kalimat, (f) menemukan benda, (g) seseorang bilang, (h) bisik berantai, (i) menyelesaikan cerita, (j) identifikasi kata kunci, (k) identifikasi kalimat topik, (l) menyingkat / merangkum, (m) parafrase, dan (n) menjawab pertanyaan.
Dalam menyimak, ada empat ketrampilan khusus yang dituntut, yaitu :
a. penyimak harus melibatkan diri secara total.
b. penyimak harus menguasai seni mencatat dengan tepat
c. penyimak harus mencari dan menganalisis sarana penunjang
d. penyimak harus mencari pola organisasi dan struktur keseluruhan (Tarigan, 1994 : 87-89).


BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Pelaksanaan penelitian ini mengikuti suatu daur (siklus) yang di dalamnya terdapat kegiatan merencanakan tindakan, melaksanakan tindakan, melakukan pengamatan, dan melaksanakan refleksi pada seluruh tindakan sebelumnya.
Pendekatan yang ditempuh dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yang diterapakan dalam metode PTK. Penelitian ini dilakukan sendiri oleh peneliti. Dalam pelaksanaannya peneliti bertugas mengobservasi, mencatat, dan merekam segala aktivitas dan siswa dalam proses pembelajaran.

3.2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini di MAN Sidoarjo dengan alamat Jl. Jenggolo (Belakang Stadion) No. 2 Sidoarjo. Waktu penelitian telah dilakukan sejak 14 – 26 Mei 2007. Pengambilan data dilakukan selama 2 siklus pembelajaran, setiap siklus terdiri atas sekali tatap muka. Untuk validasi instrumen penelitian diperlukan sekali tatap muka pada kelas X-1.

3.3. Subjek Penelitian dan Pembatasan Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa MAN Sidoarjo kelas X. Jumlah kelas X ada 10 kelas. Setiap kelas terdiri atas 45-47 siswa. Komposisi kecerdasan siswa tiap kelas relatif sama, karena belum dibedakan berdasarkan prestasi mereka. Karena itu peneliti mengambilnya secara acak dari kelas X, yaitu hanya kelas X-2, dan X-4.

3.4. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus dan setiap siklus memiliki 4 tahap, yaitu : (1). Perencanaan tindakan (planning); (2). Pelaksanaan Tindakan (action); (3). Observasi (observation); dan (4). Refleksi (reflection).

3.5. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Lembar Pengamatan untuk Siswa dan Guru
Lembar pengamatan ini digunakan untuk mengamati siswa dalam proses pembelajaran hingga evaluasi. Aspek-aspek yang dinilai adalah aktivitas keterlibatan siswa hingga evaluasi.
2. Tes Tanggapan Siswa Terhadap Media
Tes tanggapan siswa terhadap media pembelajaran ini digunakan untuk meneliti seberapa tinggi kelayakan MPP “SM“ sebagai media pembelajaran. Dalam hal ini digunakan skala Likert.
3. Tes Motivasi Siswa
Tes motivasi siswa ini digunakan untuk meneliti siswa terkait dengan motivasi dan perhatian siswa terhapap proses pembelajaran. Dalam hal ini pun digunakan skala Likert.
4. Tes Kemampuan Menyimak
Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menyimak, siswa diberikan evaluasi terhadap kemampuan mereka dalam menulis ide-ide pokok dari wacana berita televisi yang telah disimak.

3.6. Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan meliputi kegiatan klasifikasi data, penyajian data, dan penilaian keberhasilan tindakan. Kegiatan klasifikasi ini meliputi memilah-milah data yang telah dikelompokkan sesuai dengan jenis datanya.
Data yang diperoleh dari pengamatan dan angket dilakukan analisis deskriptif melalui : 1) reduksi data, 2) pemaparan data, dan 3) penyimpulan. Reduksi data dilakukan dengan menyederhanakan dan konseptualisasi melalui seleksi, pemfokusan, dan abstraksi data mentah sehingga menjadi informasi yang bermakna. Paparan data dilakukan dengan penyajian data dalam bentuk paparan naratif maupun statistik. Adapun penyimpulan adalah proses mengambil intisari dalam bentuk pernyataan kalimat.
1. Analisis Kelayakan Media
Evaluasi kelayakan media perlu dilakukan terhadap MPP “SM”. Hal ini karena media pembelajaran tersebut baru dibuat peneliti, karena itu perlu diujicobakan sekaligus diuji kelayakannya. Kriteria kelayakan MPP “SM” dinilai pada aspek : kesesuaiannya dengan kurikulum, tujuan pembelajaran, dengan materinya, tampilannya di layar, kelancaran navigasi, kemudahan penggunaan, dan interaksi komunikabilitas.
Untuk mengetahui skor kelayakan media ini dilakukan dengan cara
a. mengangkakan (kuantifikasi) tanggapan siswa dengan cara :
• pilihan jawaban a (sangat setuju) dinilai skor 5
• pilihan jawaban b (setuju) dinilai skor 4
• pilihan jawaban c (tidak tahu / netral) dinilai skor 3
• pilihan jawaban d (tidak setuju) dinilai angka 2
• pilihan jawaban e (sangat tidak setuju) dinilai angka 1

b. menghitung tingkat kelayakan media pembelajaran
Tingkat kelayakan media pembelajaran dihitung dengan rumus berikut :
Rata-rata skor = Jumlah skor kelayakan / Jumlah siswa
Adapun kriteria tingkat kelayakan media ditentukan sebagai berikut :

Tingkat Kelayakan Media Rata-rata | Skor
Sangat Tinggi 21 – 25
Tinggi 16 – 20
Sedang 11 – 15
Rendah 6 – 10
Sangat Rendah 0 – 5

2. Analisis Aspek Motivasi Siswa
Motivasi siswa diidentifikasikan pada saat berlangsungnya pembelajaran yang terdiri atas besarnya motivasi khususnya perhatian mereka dalam memperhatikan pembelajaran tanpa melalaikannya. Hal ini dapat dilihat dari tes tentang motivasi mereka.
Untuk mengetahui skor motivasi dan tingkat motivasi siswa dilakukan dengan cara:
a. mengangkakan (kuantifikasi) motivasi siswa dengan cara :
pilihan jawaban a (sangat setuju) dinilai skor 5
• pilihan jawaban b (setuju) dinilai skor 4
• pilihan jawaban c (tidak tahu / netral) dinilai skor 3
• pilihan jawaban d (tidak setuju) dinilai angka 2
• pilihan jawaban e (sangat tidak setuju) dinilai angka 1
b. menghitung tingkat motivasi siswa
Tingkat motivasi siswa dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Rata-rata skor = Jumlah skor motivasi siswa/ Jumlah siswa
Adapun kriteria tingkat motivasi siswa ditentukan sebagai berikut :

Tingkat Motivasi Belajar Siswa Rata-rata / Skor
Sangat Tinggi 21 – 25
Tinggi 16 – 20
Sedang 11 – 15
Rendah 6 – 10
Sangat Rendah 0 – 5

3. Analisis Hasil Tes Kemampuan Menyimak
Hasil kemampuan menyimak siswa diidentifikasikan pada saat akhir proses pembelajaran yaitu saat evaluasi pembelajaran. Dalam hal ini dilakukan tes performansi, yaitu praktik menuliskan ide-ide pokok dari wacana rekaman berita televisi. Adapun unsur-unsur yang dinilai adalah : (a) sistematika ide pokok, (b) kelengkapan ide pokok, (c) kerapian penulisan, (d) tidak ada ide lain yang menyimpang, dan (5) banyaknya karangan.
Skor maksimal per siswa adalah 100. Adapun penetuan skornya digunakan kriteria sebagai berikut.

SKOR | Taraf Kemampuan Ketentuan
81 – 100 Sangat Baik 5 unsur terpenuhi
61 – 80 Baik 4 unsur terpenuhi
41 – 60 Cukup 3 unsur terpenuhi
21 – 40 Kurang Baik 2 unsur terpenuhi
0 – 20 Buruk 1 unsur terpenuhi

Hasil akhirnya akan dianalisis dan diinterpretasikan dengan membandingkan skor maupun perlakukan terhadap siklus 1 dan siklus 2 beserta latar belakang penyebabnya.

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
4.1 Penyajian Data
Secara operasional penelitian telah dilaksanakan sebagai berikut:
• Observasi Awal ( 21 Mei 2007)
Observasi awal dilakukan peneliti pada kelas X-1, jam 1-2 . Peneliti melakukannya tanpa menggunakan media presentasi pembelajaran. Hal ini cukup dilakukan di dalam kelas. Tindakan yang dilakukan peneliti adalah :
a. bertanya jawab bagaimanakah langkah-langkah yang dilakukan oleh guru bahasa Indonesianya pada saat pembelajaran dengan wacana berita televisi
b. memberikan apersepsi tentang wacana berita televisi seputar bencana Lapindo Brantas, dan
c. menugasi siswa menuliskan ide-ide pokok berita seputar bencana Lapindo Brantas dengan batasan topik :
• dampak bencana Lapindo Brantas,
• bagaimana kehidupan pengungsi, dan
• upaya penanggulangannya, serta
• dialog-dialog yang pernah dilihatnya di televisi.
d. mengumpulkan dan menilai hasil karangan siswa.
• Refleksi Awal
Hasil yang diperoleh dari observasi awal dan evaluasi terhadap objek kelas X-1 sebagai berikut:
1. Menurut para siswa, karena tidak ada medianya guru sering menghindar saat membahas materi wacana yang berasal dari berita televisi. Sementara itu menurut guru yang bersangkutan, pembelajaran dilakukan dengan menugasi siswa menyimak wacana berita televisi dari rumah masing-masing, menuliskannya, dan melaporkannya di kelas.
2. Pada saat ditugasi oleh peneliti untuk menuliskan ide-ide pokok wacana berita yang telah disimak dari televisi yang pernah didengar dan dilihatnya di rumah, terjadi kasus-kasus berikut :
a. beberapa siswa mengaku belum pernah melihat dari berita dari televisi,
b. beberapa siswa mengaku pernah melihat dari berita dari televisi namun kurang perduli
c. ada yang pernah melihat berita televisi tentang bencana Lapindo Brantas, namun telah lupa ide-ide pokoknya,
d. beberapa siswa masih memikir-mikir dulu saat mau menulis. Kelihatan mereka bingung terhadap topik yang akan ditulisnya. Setelah beberapa menit kemudian baru mereka menuliskannya.
3. Hasil tulisan siswa menunjukkan :
a. topik yang dibahas melebar karena referensi yang berbeda
b. karangan siswa tidak sistematis ide-ide pokok yang diungkapkannya berbeda antara setiap siswa
c. banyak di antaranya menulis bukan dari menyimak berita televisi terbukti tidak mampu menyebutkan sumber televisi penyampai berita tersebut, melainkan dari pengalamannya dari rata-rata para siswa tinggal relatif tidak jauh dari lokasi bencana
d. topik yang dibahas terlalu banyak (4 topik) sehingga waktu tidak cukup. Banyak di antara siswa tidak mampu menyelesaikan topik yang keempat.

• Rencana Tindakan 1
1. Membuat media presentasi pembelajaran “Sidoarjo Menangis”, dan mengemasnya dalam compact disk (CD)
2. Agar waktu yang disediakan cukup yaitu hanya 2 x 45 menit, maka diatur waktunya sebagai berikut :
a. pengantar : 5 menit
b. penjelasan awal : 5 menit
c. presentasi media pembelajaran : 45 menit
d. siswa menuliskan ide-ide pokok berita : 30
e penutup : 5 menit
3. Karena menggunakan media presentasi pembelajaran maka diselenggarakan di ruang multimedia (moving class).
4. Membuat lembar observasi untuk siswa dan guru
5. Membuat instrumen penelitian berupa angket untuk mengetahui tingkat motivasi siswa dan kelayakan MPP “SM”

• Pelaksanaan Tindakan 1 (Siklus 1)
Dalam siklus 1, tindakan yang dilakukan penelitian adalah :
1. Melakukan penelitian pada kelas X-4 (kebetulan saat itu jam 5-6 pengajarnya tidak ada / kosong)
2. Para siswa diajak menuju ruang multimedia, berikut disuruh membawa alat tulis.
3. Peneliti memberikan pengantar dan penjelasan materi selama 10 menit.
4. Peneliti memutar dan menayangkan MPP “SM” pada layar selama 45 menit secara terus-menerus.
5. Setelah selesai penayangan MPP “SM” tersebut, peneliti menugasi siswa selama 30 menit menuliskan ide-ide pokok dari wacana rekaman berita televisi dengan urutan topik : dampak bencana, kehidupan pengungsi, dan upaya penanggulangannya.
6. Peneliti mengumpulkan hasil tulisan siswa dan menutup pertemuan tersebut.

• Observasi 1
1. Siswa antusias sekali saat menyimak tayangan media presentasi pembelajaran. Beberapa di antara siswi mengaku sedih bahkan ada yang menitikkan air mata, khususnya ketika tayangan intro disampaikan.
2. Pada saat menyimak, ada beberapa siswa yang membuat catatan kecil terhadap materi yang ditayangkan. Peneliti membiarkan dan tidak melarangnya.
3. Pada saat ditugasi menulis hasil simakannya, beberapa siswa menunjukkan kebingungannya karena harus mengingat-ingat apa yang telah disimak sebelumnya.
4. Peneliti menemukan beberapa yang janggal dalam MPP “SM”, yaitu :
a. Ada space kosong di tengah, perlu diberikan gambaran background layer
b. Background mestinya sama, setelah tayangan video berita dan menuju tombol skip.
c. Akan lebih indah bila huruf judul tertentu diberikan blow effect.
d. Tidak ada file autorun

• Refleksi 1
1. Siswa terlihat antusias dan bahkan ada yang terbawa perasaannya saat melihat tayangan MPP “SM” karena sesuai dengan konteks siswa dan menimbulkan kesan mendalam pada pemahaman dan perasaan mereka.
2. Pada saat menyimak, ada beberapa siswa yang membuat catatan kecil menunjukkan siswa masih berusaha memerlukan bantuan ingatan saat akan menuliskannya nanti.
3. Beberapa kejanggalan dalam media perlu disempurnakan.

• Rencana Tindakan 2
1. Diperlukan tayangan intro relatif lebih lama untuk membawa suasana hati siswa kondusif terhadap situasi bencana yang memang menyedihkan.
2. Agar siswa tidak mengalami kesulitan mengingat apa yang telah disimaknya, peneliti akan menayangkannya secara bertahap sebagai berikut:
a. Tahap 1 :
- penyampaian topik dampak bencana selama 15 menit
- dilanjutkan tugas menulis hasil simakan selama 10 menit
b. Tahap 2 :
- penyampaian topik kehidupan pengungsi selama 15 menit
- dilanjutkan tugas menulis hasil simakan selama 10 menit
c. Tahap 3 :
- penyampaian topik upaya penanggulangan selama 15 menit
- dilanjutkan tugas menulis hasil simakan selama 10 menit
3. Siswa akan disarankan membuat catatan kecil sebagai alat bantu mengingat siswa.

• Pelaksanaan Tindakan 2 (Siklus 2) (Kamis, 24 Mei 2007)
Dalam melakukan penelitian pada siklus 2 ini, peneliti melakukan hal-hal sebagai berikut.
1. Penelitian dilakukan pada kelas X-2 pada hari Kamis, 24 Mei 2007 Jam ke-5-6 dengan minta ijin guru yang bersangkutan, dan para siswa diajak ke ruang multimedia.
2. Peneliti memberikan pengatar materi.
3. Peneliti menayangkan media presentasi pembelajaran sesuai dengan tahap-tahap yang direncanakan, yaitu :
a. Tahap 1 :
- penyampaian topik dampak bencana selama 15 menit
- dilanjutkan tugas menulis hasil simakan selama 10 menit
b. Tahap 2 :
- penyampaian topik kehidupan pengungsi selama 15 menit
- dilanjutkan tugas menulis hasil simakan selama 10 menit
c. Tahap 3 :
- penyampaian topik upaya penanggulangan selama 15 menit
- dilanjutkan tugas menulis hasil simakan selama 10 menit
4. Peneliti mempersilakan para siswa membuat catatan kecil sebagai alat bantu mengingat.
5. Peneliti mengumpulkan hasil pekerjaan siswa, dan menutup pertemuan tersebut.

• Observasi 2
1. Siswa kelas X-2 juga sangat antusias dalam menyimak tayangan media presentasi pembelajaran “Sidoarjo Menangis”. Sebagaimana kelas X-4, para siswa kelas ini mengaku sedih sekali khususnya tayangan intro.
2. Pada saat menyimak, siswa membuat catatan kecil terhadap materi yang ditayangkan sebagaimana peneliti telah perintahkan.
3. Pada saat menuliskan ide-ide pokok rekaman berita, para siswa langsung menuliskannya tanpa berpikir panjang, mengacu catatan kecil yang dibuatnya.
4. Waktu pelaksanaan hingga akhir molor 10 menit, menunggu seluruh tulisan siswa selesai.
5. Peneliti masih menemukan beberapa yang janggal dalam media presentasi pembelajaran “Sidoarjo Menangis”, yaitu :
a. ada beberapa file yang tidak gayut dan sebaiknya dihapus, yaitu : file master, file bank, dan file test.
b. File flash player perlu dimasukkan cd

• Refleksi 2 (Akhir)
1. Secara umum siswa tertarik dan antusias dalam menyimak MPP “SM”. Bahkan intro-nya mampu membawa penyimaknya dalam suasana sedih, khususnya para siswa wanita.
2. Penyampaian materi secara bertahap dibantu siswa membuat cacatan kecil sangat membantu siswa dalam menyimak ide-ide pokok wacana berita televisi kemudian langsung menuliskannya.
3. Secara umum, siswa melihat desain media pembelajaran sudah sangat bagus dan mereka menyatakan layak sebagai media pembelajaran, meskipun menurut amatan penulis masih perlu disempurnakan.

4.2 Analisis Data
1. Data Aktivitas Guru dan Siswa
Data aktivitas guru diperoleh melalui observasi partisipan oleh peneliti sendiri sesuai instrumen 01. Adapun data aktivitas siswa diperoleh melalui observasi langsung yang dilakukan oleh peneliti sesuai instrumen 02.
Adapun data hasil observasi terhadap aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran sebagai berikut.

Tabel 4.1
Data Aktivitas Guru dalam Proses Pembelajaran


Aktivitas Siklus 1 Siklus 2 Frekuensi / % Frekuensi / %
a. Membuka pelajaran 1 x (1,54%) 1x (1,56%)
b. Memberikan apersepsi 1 x (1,54%) 1x (1,56%)
c. Memberikan petunjuk 1 x (1,54%) 1x (1,56%)
d. Memutar MPP “SM” 10 x (18,51%) 10x (15,62%)
e. Pause MPP “SM” 6 x (11,11%) 6x (9,37)%)
f. Menugasi siswa menyimak 10 x (18,51%) 10x (16,62%)
g. Menugasi siswa membuat catatan - 10x (16,62%)
h. Menugasi siswa menulis 6 x (11,11%) 6x (9,37)%)
i. Mengamati siswa 18 x (33,33%) 18x (28,12%)
j. Menutup pelajaran 1 x (1,54%) 1x (1,56%)

Tabel 4.2
Data Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran

Aktivitas Siklus 1 Siklus 2 % siswa % siswa
a. Memperhatikan penjelasan guru 45 (100%) 42 (100%)
b. Menyimak MPP “SM” 45 (100%) 42 (100%)
c. Membaca buku 0 0
d. Membuat catatan sendiri terkaitmateri menyimak 9 (20%) 40 (88%)
e. d. Menulis sesuai perintah guru 45 (100%) 42 (100%)
f. Bertanya jawab relevan sesuai dengan materi pelajaran 0 0
g. Menyampaikan ide / pendapat 0 0
h. Aktivitas tidak relevan dengan pembelajaran 2 (4%) pada 5 menit pertama 0

Data tabel 4.1 dan 4.2 di atas menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang mencolok yang telah dilaksanakan oleh guru dan siswa dalam pembelajaran siklus 1 dan siklus 2. Secara umum tindakan yang dilakukan oleh guru tidak ada hambatan. Demikian pula semua siswa (100%) terlibat sangat aktif dalam pembelajaran menyimak MPP “SM”.
Tidak ada aktivitas siswa yang tidak relevan dengan pembelajaran, misalnya bolos keluar, tidur, menggambar, menulis-nulis atau membaca materi pelajaran lainnya, mengobrol sendiri, dan sejenisnya. Hanya ada 2 siswa (4%) pada siklus 1 yaitu kelas X-4 yang terpaksa harus keluar kelas sebentar pada 5 menit pertama pembelajaran karena menuju kamar kecil.
Adapun perbedaannya, pada siklus 1 ada 9 siswa (20%) yang aktif membuat catatan kecil saat menyimak. Padahal guru tidak menganjurkannya apalagi memerintahnya. Guru pun tidak melarang aktivitas ini.
Namun melihat efektifitasnya, maka pada siklus 2 guru mengajurkan siswa untuk membuat catatan kecil untuk membantu mengingat saat menyimak yang kemudian menuliskan ide-ide pokok dalam rekaman wacana berita televisi.
Akhirnya pada siklus 2 sejumlah 40 siswa (95,23%) membuat catatan kecil saat menyimak.

2. Data Hasil Tanggapan Kelayakan Media Pembelajaran
Penelitian ini tidak bisa dilepaskan dari tes kelayakan media pembelajaran. Hal ini karena penelitian ini menggunakan media pembelajaran buatan peneliti sendiri yang belum pernah diujicobakan. Perlu diketahui kelayakan MPP “SM” ini. Dalam hal ini digunakan tes tanggapan yang menggunakan instrumen 03.
Adapun data hasil tes tanggapan siswa terhadap kelayakan MPP “SM” sebagai media pembelajaran sebagai berikut.

Tabel 4.3
Skor Hasil Tes Kelayakan MPP “SM”
Sebagai Media Pembelajaran
Siklus 1 (Kelas X-4)

No. Nama Siswa Skor No. Nama Siswa Skor
1 Achmad Nafi 19 26 M. Rachmanto 19
2 Adam Lukman F 21 27 M. Hardianto S 20
3 Aisyah Nurdeka 19 28 M. Irvan R 20
4 Alfiyah Nur K 20 29 M. Agung S 18
5 Aulia Alfi Ismi I 19 30 M. Azam Zur’ain 21
6 Ayu Rohmah P 18 31 Nashrulloh Ibadi 16
7 Chusnul Ch 19 32 Nita Apri Rosalina 19
8 Desi Dwi A 19 33 Nur Afifah 17
9 Dimas Dwi A 20 34 Nur Mayasari 17
10 Eka Retno O 20 35 Olvy Trismayuni 17
11 Fajar Adi P 16 36 Rani Rahmawati 17
12 Fitri Muttafaqoh 21 37 Ria Rilla R ===
13 Henik Nur A 20 38 Rina Puspita Ningsih 20
14 Hindriyani R 17 39 Risca Faiqotin 19
15 Ike Oktavianis 24 40 Rizky Amelia 20
16 Istikhomah 14 41 Rusvita Efendi 19
17 Juwita Tri Septasari 20 42 Sherly Dwi KA 19
18 Khoirun Nisak 16 43 Siti Mutrofin ===
19 Khusniatin N 16 44 Siti Rosyidah 17
20 Lailatul M 17 45 45. Winda S. 18
21 Lailis Savitri 16 46 Wulan Indah C 22
22 Larastika DW 21 47 Yudhi Aprianto 19
23 Luluk Nuraini M 19 Total 824
24 M. Arifuddin 18 Jumlah Siswa 45
25 M. Nurul Burhani 19 Rata-rata 18,31


Tabel 4.4
Skor Hasil Tes Kelayakan MPP “SM”
Sebagai Media Pembelajaran
Siklus 2 (Kelas X-2)

No. Nama Siswa Skor No. Nama Siswa Skor
1 Ach. Rifai Romly 19 26 M. Syaifuddin 18
2 Ainul Latifah 23 27 M. Zainuddin 20
3 Ainur Rochmah 19 28 Machmud 17
4 Ali As’ad 18 29 Mita Pratiwi 20
5 Amri Yahya === 30 Moh. Nasrudin 22
6 Aridatul Saidah 18 31 Mufidatus S. ===
7 Aulia Akbar 20 32 Muthoyibatu Aw 24
8 Ayu Novieanthi 20 33 Najwa Farah S 22
9 Ayu Rizka 21 34 Nikmahatus R 17
10 Bagus Suprayogi 25 35 Nuril Hidayati 20
11 Eka Sussiani 21 36 Nurul Umami 23
12 Fadilah 20 37 R. Awaluddin Yusuf 18
13 Fathir Fathoni 19 38 Raisa Hakim 19
14 Futischatis F 20 39 Risaatul Lailiyah 19
15 Ginarti SW 20 40 Sholihatun 24
16 Iis Sugiyati 23 41 Siti Aisyah 18
17 Imroatul M 19 42 Siti Latifah ===
18 Istifadatul M 23 43 Ulfa Oktaviana 16
19 Izzati Choirina 23 44 Wildah Faiz PH 20
20 Khusniatur R 21 45 Yona Nus D ===
21 Latifati A Ch 20 46 Zumrotus S. 19
22 Lianatus S 19 Total 826
23 Lia Andriani 16 Jumlah Siswa 42
24 Lina Wayu Fitria 20 Rata-rata 19,64
25 M. Fanani SM 21

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa tanggapan siswa terhadap kelayakan MPP “SM” rata-rata skornya 18,31. Sementara itu dalam tabel 4.4 di atas menunjukkan bahwa tanggapan terhadap kelayakan MPP “SM” rata-rata skornya 19,64. Berdasarkan atas kriteria kelayakan media pembelajaran di atas MPP “SM” tergolong tinggi. Artinya, MPP “SM” memiliki kelayakan yang tinggi sebagai media pembelajaran bahasa Indonesia.

3. Data Hasil Tes Motivasi Belajar
Tes terhadap motivasi belajar siswa terdapat pada instrumen 04. Pada siklus 1 tes motivasi belajar diberikan kepada kelas X-4, dan pada siklus 2 tes motivasi diberikan kepada kelas X-2.
Adapun data hasil tanggapan kelayakan media pembelajaran sebagai berikut.

Tabel 4.5
Skor Hasil Tes Motivasi Belajar Siswa
Siklus 1 (Kelas X-4)

No. Nama Siswa Skor No. Nama Siswa Skor
1 Achmad Nafi 22 26 M. Rachmanto 23
2 Adam Lukman F 22 27 M. Hardianto S 20
3 Aisyah Nurdeka 20 28 M. Irvan R 20
4 Alfiyah Nur K 21 29 M. Agung S 20
5 Aulia Alfi Ismi I 24 30 M. Azam Zur’ain 23
6 Ayu Rohmah P 18 31 Nashrulloh Ibadi 23
7 Chusnul Ch 19 32 Nita Apri Rosalina 20
8 Desi Dwi A 20 33 Nur Afifah 19
9 Dimas Dwi A 21 34 Nur Mayasari 22
10 Eka Retno O 21 35 Olvy Trismayuni 21
11 Fajar Adi P 19 36 Rani Rahmawati 17
12 Fitri Muttafaqoh 22 37 Ria Rilla R ===
13 Henik Nur A 21 38 Rina Puspita Ningsih 20
14 Hindriyani R 19 39 Risca Faiqotin 21
15 Ike Oktavianis 24 40 Rizky Amelia 21
16 Istikhomah 18 41 Rusvita Efendi 21
17 Juwita Tri Septasari 21 42 Sherly Dwi KA 20
18 Khoirun Nisak 20 43 Siti Mutrofin ===
19 Khusniatin N 18 44 Siti Rosyidah 20
20 Lailatul M 22 45 45. Winda S. 23
21 Lailis Savitri 19 46 Wulan Indah C 21
22 Larastika DW 24 47 Yudhi Aprianto 21
23 Luluk Nuraini M 21 Total 933
24 M. Arifuddin 19 Jumlah Siswa 45
25 M. Nurul Burhani 22 Rata-rata 20,73


Tabel 4.6
Skor Hasil Tes Motivasi Belajar Siswa
Siklus 2 (Kelas X-2)

No. Nama Siswa Skor No. Nama Siswa Skor
1 Ach. Rifai Romly 20 26 M. Syaifuddin 19
2 Ainul Latifah 22 27 M. Zainuddin 18
3 Ainur Rochmah 20 28 Machmud 17
4 Ali As’ad 20 29 Mita Pratiwi 20
5 Amri Yahya === 30 Moh. Nasrudin 22
6 Aridatul Saidah 20 31 Mufidatus S. ===
7 Aulia Akbar 20 32 Muthoyibatu Aw 22
8 Ayu Novieanthi 20 33 Najwa Farah S 22
9 Ayu Rizka 23 34 Nikmahatus R 22
10 Bagus Suprayogi 22 35 Nuril Hidayati 22
11 Eka Sussiani 20 36 Nurul Umami 24
12 Fadilah 22 37 R. Awaluddin Yusuf 19
13 Fathir Fathoni 21 38 Raisa Hakim 19
14 Futischatis F 20 39 Risaatul Lailiyah 21
15 Ginarti SW 20 40 Sholihatun 23
16 Iis Sugiyati 23 41 Siti Aisyah 20
17 Imroatul M 22 42 Siti Latifah ===
18 Istifadatul M 22 43 Ulfa Oktaviana 21
19 Izzati Choirina 19 44 Wildah Faiz PH 21
20 Khusniatur R 20 45 Yona Nus D ===
21 Latifati A Ch 21 46 Zumrotus S. 22
22 Lianatus S 19 Total 869
23 Lia Andriani 16 Jumlah Siswa 42
24 Lina Wayu Fitria 22 Rata-rata 20,69
25 M. Fanani SM 21

Tabel 4.5 di atas menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa kelas X-4 rata-rata skornya 20,73. Sementara itu dalam tabel 4.6 di atas menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa kelas X-2 rata-rata skornya 20,69.
Jadi, berdasarkan atas kriteria motivasi belajar di atas, maka motivasi belajar tergolong tinggi. Artinya, siswa kelas X memiliki motivasi yang tinggi dalam pembelajaran menyimak yang menggunakan MPP “SM”.

4. Data Hasil Tes Kemampuan Menyimak
Penelitian terhadap kemampuan menyimak siswa, dilakukan segera setelah menayangkan MPP “SM”. Pada siklus 1 dilakukan tes kemampuan menyimak pada kelas X-4 dan pada siklus 2 dilakukan pada kelas X-2.
Hasil kemampuan menyimak siswa dituliskan dalam tabel sebagai berikut.
Tabel 4.7
Skor Hasil Tes Kemampuan Menyimak
Siklus 1 (Kelas X-4)


No. Nama Siswa Skor No. Nama Siswa Skor
1 Achmad Nafi 66 26 M. Rachmanto 66
2 Adam Lukman F 86 27 M. Hardianto S 73
3 Aisyah Nurdeka 90 28 M. Irvan R 53
4 Alfiyah Nur K 73 29 M. Agung S 90
5 Aulia Alfi Ismi I 60 30 M. Azam Zur’ain 66
6 Ayu Rohmah P 73 31 Nashrulloh Ibadi 83
7 Chusnul Ch 73 32 Nita Apri Rosalina 86
8 Desi Dwi A 80 33 Nur Afifah 80
9 Dimas Dwi A 90 34 Nur Mayasari 73
10 Eka Retno O 70 35 Olvy Trismayuni 86
11 Fajar Adi P 73 36 Rani Rahmawati 66
12 Fitri Muttafaqoh 90 37 Ria Rilla R ===
13 Henik Nur A 66 38 Rina Puspita Ningsih 73
14 Hindriyani R 80 39 Risca Faiqotin 90
15 Ike Oktavianis 76 40 Rizky Amelia 96
16 Istikhomah 83 41 Rusvita Efendi 63
17 Juwita Tri Septasari 73 42 Sherly Dwi KA 90
18 Khoirun Nisak 73 43 Siti Mutrofin ===
19 Khusniatin N 66 44 Siti Rosyidah 80
20 Lailatul M 86 45 45. Winda S. 93
21 Lailis Savitri 76 46 Wulan Indah C 86
22 Larastika DW 93 47 Yudhi Aprianto 76
23 Luluk Nuraini M 76 Total 3431
24 M. Arifuddin 90 Jumlah Siswa 45
25 M. Nurul Burhani 70 Rata-rata 77,24

Tabel 4.8
Skor Hasil Tes Kemampuan Menyimak
Siklus 2 (Kelas X-2)

No. Nama Siswa Skor No. Nama Siswa Skor
1 Ach. Rifai Romly 86 26 M. Syaifuddin 83
2 Ainul Latifah 96 27 M. Zainuddin 90
3 Ainur Rochmah 93 28 Machmud 93
4 Ali As’ad 93 29 Mita Pratiwi 100
5 Amri Yahya === 30 Moh. Nasrudin 100
6 Aridatul Saidah 100 31 Mufidatus S. ===
7 Aulia Akbar 60 32 Muthoyibatu Aw 100
8 Ayu Novieanthi 100 33 Najwa Farah S 100
9 Ayu Rizka 100 34 Nikmahatus R 100
10 Bagus Suprayogi 100 35 Nuril Hidayati 93
11 Eka Sussiani 100 36 Nurul Umami 100
12 Fadilah 100 37 R. Awaluddin Yusuf 80
13 Fathir Fathoni 100 38 Raisa Hakim 100
14 Futischatis F 86 39 Risaatul Lailiyah 100
15 Ginarti SW 90 40 Sholihatun 100
16 Iis Sugiyati 100 41 Siti Aisyah 96
17 Imroatul M 100 42 Siti Latifah ===
18 Istifadatul M 100 43 Ulfa Oktaviana 100
19 Izzati Choirina 100 44 Wildah Faiz PH 100
20 Khusniatur R 100 45 Yona Nus D ===
21 Latifati A Ch 96 46 Zumrotus S. 93
22 Lianatus S 90 Total 3758
23 Lia Andriani 100 Jumlah Siswa 42
24 Lina Wayu Fitria 96 Rata-rata 89,47
25 M. Fanani SM 90

Tabel 4.7 di atas menunjukkan bahwa kemampuan menyimak siswa kelas X-4 pada siklus 1 rata-rata skornya 77,24. Sementara itu dalam tabel 4.8 di atas menunjukkan bahwa kemampuan menyimak siswa kelas X-2 pada siklus 2 rata-rata skornya 89,47.
Berdasarkan atas kriteria kemampuan menyimak di atas maka kemampuan menyimak siswa kelas X-4 tergolong baik, adapun kemampuan menyimak siswa kelas X-2 tergolong sangat baik.


Hasil tersebut juga menunjukkan bahwa ada peningkatan nilai rata-rata kemampuan menyimak siswa, disamping peningkatan kelayakan MPP “SM”. Hal ini tidak dapat dilepaskan dari perbedaan perlakuan yang semakin disempurnakan (pada silus 2) dari perlakuan sebelumnya (pada siklus 1). Hal ini dapat dilihat pada bagan berikut.

Aspek Siklus 1 Siklus 2 Keterangan
Aktivitas Guru - membuka pembelajaran
- memberikan penjelasan
Awal - membuka pembelajaran
- memberikan penjelasan
awal - aktivitas sama
- aktivitas sama


- menugasi menyimak
terus menerus (45
menit)
- menugasi menulis 3
topik sekaligus (30
menit)
- menugasi menyimak per
topik (15 menit)
kemudian menulis (10
menit)
- perbaikan cara

- tidak menghimbau siswa
membuat catatan kecil
- menghimbau siswa
membuat catatan kecil
- perbaikan cara


- melakukan observasi
- menutup pelajaran
- melakukan observasi
- menutup pelajaran
- aktivitas sama
- aktivitas sama

Aktivitas Siswa - menerima penjelasan
Awal - menerima penjelasan
awal - aktivitas sama
- menyimak terus menerus (45
menit)
- menulis 3 topik sekaligus (30
menit) hasil simakan
- sebagian kecil siswa (20%)
membuat catatan kecil - menyimak bertahap (15 menit
menyimak dan 10 menit
menuliskannya) hingga 3
tahap
- sebagian besar siswa (88%)
membuat catatan kecil
- perbaikan cara
- perbaikan cara


MPP “SM” - space kosong di tengah
- background mestinya sama
setelah skip
- huruf statis monoton
- belum diberi autorun - space kosong di tengah sudah
diperbaiki
- membuat background sama
setelah skip
- huruf di blow effect
- diberi autorun
- perbaikan desain
media

Kelayakan MPP “SM” Skor rata-rata
18,31 Skor rata-rata
19,64 - peningkatan skor
rata-rata 1,33

Motivasi Siswa Skor rata-rata
20,73 Skor rata-rata
20,69 - perbedaan skor
rata-rata 0,04

Kemampuan Menyimak Skor rata-rata
77,24 Skor rata-rata
89,47 - peningkatan
Skor rata-rata
12,23

4.3 Interpretasi
Berdasarkan rangkaian penelitian hingga analisis data dapat diketahui bahwa :
(1) MPP “SM” dinilai tinggi kelayakannya sebagai media pembelajaran.
MPP “SM” ini dinilai layak berdasarkan hal-hal berikut :
a. Materi MPP “SM” sudah sesuai dengan silabus Kurikulum 2006 (KTSP)
b. Desain gambar, warna, tulisan, maupun komposisi suara dan filmnya sudah
baik
c. MPP “SM” mudah digunakan atau dipakai dalam pembelajaran
d. Navigasi menu-menu dan tombol dalam MPP “SM” sudah jelas dan tidak
membingungkan
e. MPP “SM” sudah komunikatif artinya mudah dipahami para siswa.
Bertolak hal tersebut berarti hipotesis tindakan 1 dapat dibuktikan bahwa melalui penerapan pembelajaran yang menggunakan Media Presentasi Pembelajaran Bahasa Indonesia “Sidoarjo Menangis“, siswa kelas X Madrasah Aliyah Negeri Sidoarjo menilainya layak sebagai media pembelajaran.
(2) Berdasarkan analisis terhadap motivasi belajar siswa menunjukkan bahwa siswa memiliki motivasi yang tinggi. Bahkan dalam observasi terhadap aktivitas pembelajaran semua siswa (100%) terlibat aktivitas aktif dalam pembelajaran. Hal ini menunjukkan hipotesis tindakan 2 dapat dibuktikan bahwa melalui penerapan pembelajaran yang menggunakan Media Presentasi Pembelajaran Bahasa Indonesia “Sidoarjo Menangis“ dapat memotivasi siswa kelas X Madrasah Aliyah Negeri Sidoarjo.
(3) Berdasarkan analisis terhadap kemampuan menyimak menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar yaitu rata-rata skornya 77,24 (tingkatan baik) pada siklus 1 meningkat menjadi rata-rata skor 89,47 (tingkatan sangat baik). Terjadi peningkatan skor rata-rata 12,23. Hal ini tidak dapat dilepaskan dari adanya perbaikan dan peningkatan perlakuan dari siklus pembelajaran sebelumnya, melalui perbaikan MPP “SM” serta memberikan kesempatan kepada para siswa untuk membuat catatan kecil pada saat proses menyimak. Hal ini dapat membantu mengingat siswa terhadap materi yang disimaknya.
Berdasarkan hal itu maka hipotesis tindakan 3 dapat dibuktikan bahwa melalui penerapan pembelajaran yang menggunakan Media Presentasi Pembelajaran Bahasa Indonesia “Sidoarjo Menangis“ dapat meningkatkan hasil belajar menyimak siswa kelas X Madrasah Aliyah Negeri Sidoarjo.


BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan
Dari seluruh rangkaian penelitian sebelumnya akhirnya dapat dirumuskan simpulan sebagai berikut.
1. Siswa kelas X Madrasah Aliyah Negeri Sidoarjo menilai kelayakan tinggi terhadap MPP “SM” sebagai media membelajaran bahasa Indonesia.
2. Siswa kelas X Madrasah Aliyah Negeri Sidoarjo memiliki motivasi tinggi pada saat pembelajaran bahasa Indonesia dengan topik menyimak rekaman berita televisi dengan menggunakan MPP “SM” sebagai media membelajaran.
3. Penerapkan MPP “SM” dalam pembelajaran bahasa Indonesia dapat meningkatkan hasil belajar menyimak siswa kelas X Madrasah Aliyah Negeri Sidoarjo.

5.2 Saran
Disamping mampu membentuk kompetensi siswa, pembelajaran memperhatikan hal-hal berikut:
1. Guru harus mengusahakan media pembelajaran yang mampu menarik perhatian dan minat siswa dalan belajar
2. Media pembelajaran disamping gayut dengan topik pembelajaran perlu pula dinilai kelayakannya
3. Pada era ICT (Information Computer & Technology) banyak media pembelajaran dapat dihasilkan dengan bantuan komputer. Karena itu para guru perlu belajar dan menguasai teknologi pembelajaran berbasis komputer ini.


DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara.
Chandra. 2005. Menu Interaktif Flah MX 2004. Palembang : Maxiikom.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Fathoni, A.R. 1993. Pengembangan Komputer Pembelajaran (Unit II CIA). Surabaya University Press IKIP Surabaya.
Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.
Kurniawan, Yahya. 2006. Belajar Sendiri Macromedia Flash 8. Jakarta : PT Elex Media Komputindo.
Madya, Suwarsih. 2006. Teori dan Praktik : Penelitian Tindakan. Bandung : Alfabeta.
Mudhoffir. 2001. Prinsip-prinsip Pengelolaan Pusat Sumber Belajar. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Mukminan. 2001. Desain Pembelajaran. Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta Press.
Parera, Jos Daniel. 1997. Linguistik Edukasional. Jakarta : Erlangga.
Pramono, Andi. 2001. Presentasi Multimedia dengan Macromedia Flash 8. Yogyakarta : CV Andi Offset.
Prayitno, E. 1989. Motivasi dalam Belajar. Jakarta. Depdikbud.
Rachman, Saiful. dkk.. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya : SIC & Dinas P dan K Provindi Jawa Timur.
Sardiman, Arief S. dkk. 2006. Media Pendidikan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Suyatno.2004. Teknik Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Surabaya : SIC.
Tarigan, Henry Guntur. 1990. Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa. Bandung : Angkasa.
---------------------. 1990. Teknik Pengajaran Ketrampilan Menyimak. Bandung : Angkasa.
---------------------. 1994. Menyimak : Sebagai Suatu Ketrampilan Berbahasa. Bandung : Angkasa.
Uno, Hamzah B.. 2007. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta : Bumi Aksara
Wiriatmadja, Rochiati. 2007. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : PT Remaja Roskakarya.

IMPLIKATUR PENGGUNAAN BAHASA DALAM KOMENTATOR SEPAK BOLA DI ANTV

A. PENDAHULUAN

1. Latar belakang Masalah

Komunikasi adalah hal mendasar yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Hal tersebut muncul dan berkembang seiring dengan besarnya manfaat komunikasi yang didapatkan manusia. Manfaat tersebut berupa dukungan identitas diri, untuk membangun kontak sosial dengan orang di sekitar kita, baik itu lingkungan rumah, sekolah, kampus maupun lingkungan kerja (Mulyana, 2001: 4).
Selain itu, komunikasi digunakan untuk menciptakan dan memupuk hubungan dengan orang lain. Jadi, komunikasi dapat berkembang dengan bertukarnya informasi yang dimiliki oleh setiap manusia. Tindakan komunikasi dapat dilakukan dengan berbagai macam cara. Ada yang dilakukan secara langsung seperti percakapan tatap muka dan yang dilakukan secara tidak langsung seperti komunikasi lewat medium atau alat perantara seperti surat kabar, majalah, radio, film, dan televisi. Media televisi telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari peradaban kehidupan manusia, hampir dalam keseharian manusia selalu berhubungan dengan media komunikasi massa yang paling berpengaruh ini.
Ketika menginginkan informasi, manusia dapat menonton siaran berita di televisi, juga ketika orang ingin memperoleh hiburan, maka televisi selalu dapat menyajikan tayangan-tayangan hiburan yang menarik. Dengan menonton televisi maka akan banyak hal baru yang dapat diketahui manusia. Singkat kata, kini manusia hidupnya sudah sangat bergantung dengan media televisi. Siaran televisi telah memungkinkan masyarakat luas dapat dengan cepat dan mudah mengetahui berbagai perkembangan mutakhir yang terjadi di berbagai penjuru dunia. Siaran TV juga mempunyai daya jangkau yang luas dan mampu menembus batasan wilayah geografis, sistem politik, sosial, dan budaya masyarakat pemirsa. Televisi potensi sebagai salah satu unsur yang bisa mempengaruhi sikap, pandangan, gaya hidup, orientasi dan motivasi masyarakat.
Stasiun televisi setiap harinya menyajikan berbagai jenis program yang jumlahnya sangat banyak dan jenisnya sangat beragam. Berbagai jenis program itu dapat dikelompokkan berdasarkan jenisnya, yaitu: (1) program informasi (news), (2) program hiburan (non news/entertainment). Program informasi kemudian dibagi lagi kedalam jenis berita keras (hardnews) yang merupakan laporan berita terkini yang harus segera disiarkan. Dan berita lunak (softnews) yang merupakan kombinasi dari fakta, gossip dan opini. Sementara program hiburan terbagi atas tiga kelompok besar yaitu: musik, drama, permainan (gameshow), pertunjukkan dan sport (Morrisan, 2005: 100).
Sepakbola merupakan olahraga popular dan merakyat di muka bumi ini, tentu saja karena banyak diminati setiap orang. Tayangan sepakbola sendiri bisa dinikmati untuk segala jenis usia, baik anak-anak, orang dewasa, maupun orang tua. Namun demikian, tidak bisa dipungkiri, bahwa fenomena sepakbola memang bisa membuat kita terpana. Sepakbola telah menjelma menjadi ideologi universal di muka bumi.
Dengan banyaknya tayangan sepakbola di televisi, orang sanggup untuk duduk berjam-jam di depan televisi. Bahkan rela bangun tengah malam untuk menyaksikan tim kesayangannya bermain dan tidak memikirkan resiko apa yang akan didapat apabila pada pagi harinya akan melakukan suatu aktivitas. Bagi stasiun televisi itu sangat menguntungkan karena stasiun televisi sendiri bisa mendapatkan penonton yang banyak dengan rating yang besar. ANTV sebagai salah satu stasiun televisi di Indonesia memanjakan pemirsanya dengan tayangan langsung pertandingan sepakbola nasional dari ajang Djarum Indonesia Super League, yang melibatkan 15 klub terbaik.
Secara rinci alasan dipilihnya komentator sepak bola di Antv sebagai objek kajian penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Sepak bola menjadi hal yang paling digemari semua masyarakat di penjuru dunia.
b. Banyak televisi yang menyiarkan secara langsung pertandingan sepak bola.
c. Komemtator sepak bola adalah sebagai pengantar informasi dari kejadian yang terjadi dilapangan kepada pemirsa dilayar kaca. Sehingga komentator sepak bola harus bisa membuat atmosfir di layar kaca sesuai dengan atmosfir dilapangan.

2. Identifikasi masalah
1. Bentuk tuturan yang mengandung implikatur percakapan pada komentator sepak bola di Antv .
2. Implikatur yang terjadi pada bahasa yang diucapkan oleh komentator sepak bola di Antv.
3. Faktof yang mengakibatkan adanya pemakain implikatur pada percakapan komentator sepak bola di Antv.
4. Tujuan pemakaian ilplikatur pada percakapan komentator sepak bola di Antv.
3. Pembatasan masalah
1. Bentuk tuturan yang mengandung implikatur percakapan pada komentator sepak bola di Antv .
2. Implikatur yang terjadi pada bahasa yang diucapkan oleh komentator sepak bola di Antv.
3. Faktof yang mengakibatkan adanya pemakain implikatur pada percakapan komentator sepak bola di Antv
4. Rumusan masalah
1. Bagaimana bentuk tuturan yang mengandung implikatur percakapan pada komentator sepak bola di Antv ?
2. Bagaimana Implikatur yang terjadi pada bahasa yang diucapkan oleh komentator sepak bola di Antv?
3. Apa saja faktof yang mengakibatkan adanya pemakain implikatur pada percakapan komentator sepak bola di Antv?

5. Tujuan penelitian
1. Mengidentifikasi bentuk tuturan yang mengandung implikatur percakapan pada komentator sepak bola di Antv.
2. Mendeskripsikan Implikatur yang terjadi pada bahasa yang diucapkan oleh komentator sepak bola di Antv.
3. Mengetahui faktof yang mengakibatkan adanya pemakain implikatur pada percakapan komentator sepak bola di Antv.
6. Manfaat penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dilaporkan agar dapat memberikan masukan (sumbangan pikiran) dan memperkaya ilmu pengetahuan khususnya dalam studi bahasa Indonesia terutama yang menyangkut tentang ilmu pragmatik, dalam hal ini menyangkut implikatur percakapan komentator sepak bola di Antv.


2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat membantu peneliti lain di dalam usahanya untuk memperkaya wawasan ilmu pragmatik dan mengetahui hal-hal yang terungkap dalam implikatur percakapan, khususnya implikatur percakapan komentator sepak bola di Antv. B. KAJIAN PUSTAKA

1. Penelitian Relefan
Penelitian mengenai implikatur percakapan sudah banyak dilakukan diantaranya dapat dipaparkan yaitu skripsi Chotamul Hidayah berjudul “Implikatur Percakapan dalam Pembelajaran di SD Plus Al Firdaus Surakarta (Kajian Pragmatik)”. Hasil penelitiannya adalah (1) tuturan yang mengandung implikatur pada pembelajaran di SD Plus Al Firdaus Surakarta berjenis tindak tutur asertif, direktif, komisif, maupun ekspresif. Tindak tutur direktif merupakan tindak tutur yang banyak ditemukan, (2) dalam penerapan prinsip kerjasama (PKS) dan prinsip kesopanan pada implikatur percakapan dalam pembelajaran di SD Plus Al Firdaus Surakarta terjadi pelanggaran terhadap maksim kuantitas, kualitas, relevansi, maupun cara. Pelanggaran terhadap maksim-maksim kerjasama tersebut sebagian besar diciptakan untuk menerapkan maksim-maksim prinsip kesopanan, (3) implikatur percakapan dalam pembelajaran di SD Plus Al Firdaus Surakarta memiliki fungsi kompetitif (competitive), menyenangkan (convivial), bekerjasama (collaborative), dan bertentangan (conflictive). Dari keempat fungsi tersebut, fungsi kompetitif paling banyak ditemukan.

Skripsi Anwar dengan judul “Analisis Penggunaan Implikatur Percakapan Antara Resepsionis dan Tamu Check In di Guest House Paradiso Surakarta ”. Hasil penelitiannya yaitu (1) Implikatur yang tercipta berbeda antara tuturan yang satu dengan yang lain. Hal itu disebabkan adanya fakta berbeda yang terjadi di setiap percakapan, (2) semua percakapan yang dibahas dalam analisis mempunyai keterkaitan yang sangat erat dengan teori prinsip kerjasama Grice. Dalam percakapan tersebut memang maksim-maksim kerjasama Grice bersifat mengambang sehingga kerjasamanya bersifat kasat mata. Namun demikian, para resepsionis telah mampu menggunakannya dan memposisikannya secara benar.

2. Kajian Teori
a) Pengertian Pragmatik
Pragmatik adalah satu cabang dari linguistik yang menjadi objek bahasa dalam penggunaanya, seperti komunikasi lisan maupun tulis. Menurut Lecch (Wijan,1996:3)pragmatik sebagai cabang ilmu bahasa yang mengkaji penggunaan bahasa berintegrasi dengan tata bahasa yang terdiri dari fonologi,morfologi,sintaksis dan semantik. Didalam bahasa pragmatik terkadang juga memperhatikan suara dan struktur kalimat beserta makna kalimat tersebut.
Wijan (1996:2) menjelaskan bahwa makna yang dikaji oleh prakmatik adalah makna yang terikat. Semantik tidak bisa dipisahkan dengan kajian pemakaian bahasa. Konteks tuturan dalam bentuk yang berbeda dapat mempunyai arti yang sama, sedangkan tuturan yang sama dapat mempunyai arti atau maksud yang lain.
b) Peristiwa Tutur
Dala studi pragmatik terdapat pula peristiwa tutur. Peristiwa tutur merupakan faktor lain yang mempengaruhi bentuk makna dan makna wacana. Menurut Yule (2006:99) peristiwa tutur adalah suatu kegiatan di mana peserta berinteraksi dengan bahasa dalam cara-cara konvensional untuk mencapai satu hasil.
c) Situasi tutur
Situasi tutur dibutuhkan untuk memahami satu bahasa dimana peristiwa tutur itu terjadi. Tuturan agar dapat dipahami menurut Leech (Wijan,1996:10) menyebutkan sejumlah aspek yang senantiasa harus dipertimbangkan dalam rangka studi prakmatik.
d) Pengertian Implikatur
Istilah ‘implikatur’ dipakai oleh Grice untuk menerangkan apa yang mungkin diartikan, disarankan atau dimaksudkan oleh penutur, yang berbeda dengan apa yang sebenarnya dikatakan oleh penutur (Brown danYule, 1996: 31). Dalam suatu tindak percakapan, setiap bentuk tuturan (utterance) pada dasarnya mengimplikasikan sesuatu. Implikasi tersebut adalah proposisi yang biasanya tersembunyi di balik tuturan yang diucapkan, dan bukan merupakan bagian dari tuturan tersebut. Pada gejala demikian tuturan berbeda dengan implikasi (Wijana, 1996: 37). Adanya perbedaan antara tuturan dan implikasi kadang-kadang dapat menyulitkan mitra tutur untuk memahaminya, namun pada umumnya antara penutur dan mitra tutur sudah saling berbagi pengalaman dan pengetahuan sehingga percakapan dapat berjalan dengan lancar. Dengan demikian, implikatur mengisyaratkan adanya perbedaan antara tuturan dengan maksud yang ingin disampaikan.
Menurut Wijana (1996: 38), dengan tidak adanya keterkaitan semantik antara suatu tuturan dengan yang diimplikasikan, maka dapat diperkirakan bahwa sebuah tuturan akan memungkinkan menimbulkan implikatur yang tidak terbatas jumlahnya. Dalam contoh (1), (2), dan (3) berikut ini terlihat bahwa tuturan (+) Bambang datang memungkinkan memunculkan reaksi yang bermacam-macam Rokoknya disembunyikan, Aku akan pergi, dan Kamarnya dibersihkan. Masing-masing reaksi itu memunculkan implikasi yang berbeda-beda.
(1) + Bambang datang
- Rokoknya disembunyikan
(2) + Bambang datang
- Aku akan pergi dulu
(3) + Bambang datang
- Kamarnya dibersihkan
Jawaban (-) dalam (1) mungkin mengimplikasikan bahwa Bambang adalah perokok, tetapi ia tidak pernah membeli rokok. Merokok kalau ada yang memberi, dan tidak pernah memberi temannya, dan sebagainya. Jawaban (-) dalam (2) mungkin mengimplikasikan bahwa (-) tidak senang dengan Bambang. Akhirnya jawaban (-) dalam (3) mengimplikasikan bahwa Bambang adalah seorang pembersih. Ia akan marah-marah melihat sesuatu yang kotor. Penggunaan kata mungkin dalam menafsirkan implikatur yang ditimbulkan oleh sebuah tuturan tidak terhindarkan sifatnya sehubungan dengan banyaknya kemungkinan implikasi yang melandasi kontribusi (-)
dalam (1), (2), (3).
Menurut Levinson implikatur percakapan (conversational implcature) merupakan konsep yang cukup penting dalam pragmatik karena empat hal:
1) konsep implikatur memungkinkan penjelasan fakta-fakta kebahasaan yang tidak terjangkau oleh teori linguistik.
2) konsep implikatur memberikan penjelasan tentang makna berbeda dengan yang dikatakan secara lahiriah.
3) konsep implikatur dapat menyederhanakan struktur dan isideskripsi semantik.
4) konsep implikatur dapat menjelaskan beberapa fakta bahasa secara tepat.
(http://lisadypragmatik.blogspot.com/2011/06/pragmatik-oleh-sidon.html).




Sebagai contoh adalah sebagai berikut:
(4) A: Jam berapa sekarang?
B: Korannya sudah datang.
Kalimat (4A) dan (4B) tidak berkaitan secara konvensional. Namun, pembicara kedua sudah mengetahui bahwa jawaban yang disampaikan sudah cukup untuk menjawab pertanyaan pembicara pertama, sebab dia sudah mengetahui jam berapa koran biasa diantarkan. Marmo Soemarmo (1994:172) menyatakan bahwa kebanyakan dari apa yang diucapkan seseorang dalam percakapan sehari-harinya mengandung implikatur sebagai contohnya adalah percakapan dua orang yang duduk sebangku dalam bus kota sebagai berikut:
Hari itu sangat panas, apalagi dengan keadaan bus yang sesak. Salah satu orang diantara keduanya (peneliti andaikan sebagai B) mengeluarkan rokok dari sakunya dan merokok. Tidak lama kemudian muncullah percakapan seperti di bawah ini:
A: cuaca hari ini sangat panas
B: maaf . . . . . . .
Dengan mengerti implikatur yang ingin diungkapkan si A, si B memahami bahwa ujaran si A bukanlah ujaran yang memberikan informasi bahwa “cuaca hari ini sangat panas”, melainkan sebuah permintaan agar ia tidak merokok, maka ia pun meminta maaf dan mematikan rokoknya.


e) Jenis Implikatur
Grice, seperti diungkap oleh Thomas menyebut dua macam implikatur, yaitu:
1) Implikatur Konvensional
Implikatur konvensional merupakan implikatur yang dihasilkan dari penalaran logika, ujaran yang mengandung implikatur jenis ini, seperti diungkap oleh Gunarwan (2004:14) dapat dicontohkan dengan penggunaan kata bahkan. Contoh:
(5) Bahkan Bapak Menteri Agama menghadiri sunatan anak saya.
Contoh (5) di atas merupakan implikatur konvensional yang berarti Bapak Menteri Agama biasanya tidak menghadiri acara sunatan.
2) Implikatur Konversasional
Implikatur Konversasional merupakan implikatur yang dihasilkan karena tuntutan konteks tertentu. Contoh:
(6) Saya kebetulan ke Inggris untuk studi selama dua tahun dan berangkat besok.
Contoh (6) di atas merupakan implikatur konversasional yang bermakna “tidak” dan merupakan jawaban atas pertanyaan maukah Anda menghadiri selamatan sunatan anak saya?.
(http://tulisanmakyun.blogspot.com/2011/06/linguistik pragmatik.html)
C. METODE PENELITIAN

1. Subjek dan Objek Kajian
Subjek penelitian atau populasi adalah merupakan tempat- tempat data yang diteliti ditemukan. Subjek atau populasi adalah keseluruhan individu dari segi-segi tertentu bahasa (Subroto,1992:32).Subjek dari dari penelitian ini adalah komentator sepak bola di Antv.
Objek penelitian atau sampel adalah sebgian dari satu populasi yang dijadikan objek penelitian langsung (Subroto,1992:32) Sedangkan Objek dari penelitian ini adalah bentuk tuturan komentator sepak bola di Antv.

2. Teknik pemerolehan data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian sangat penting. Penyediaan data merupakan upaya seorang peneliti dalam menyediakan data yang berkaitan langsung dengan masalah yang dimaksud (Sudaryanto, 1993 :5).
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik rekam dan catat untuk memperoleh data. Teknik rekam adalah teknik yang dilakukan dengan perekaman yang menggunakan tape recorder tertentu sebagai alatnya. Teknik catat adalah teknik yang dilakukan pencatatan pada kartu data yang segera dilanjutkan dengan klasifikasi (Sudaryanto,1993:135)
Dalam penelitian ini, akan menggunakan teknik simak catat. Jadi dalam penelitian ini peneliti merekam percakapan komentator sepak bola di Antv. Setelah diadakan perekaman, menyimak tuturan-tuturan tersebut dan mentranskripsikannya dalam kartu data. Tujuan pentranskripsian ini adalah agar peneliti mudah mengamati data- data yang nantinya akan dianalisis.
3. Teknik analisis data
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, maka setelah data diklasifikasikan, peneliti menganalisis data dengan metode padan. Menurut Sudaryanto (1993:13-14), metode padan merupakan analisis data yang memiliki alat penentu di luar bahasa, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa yang bersangkutan. Sedangkan teknik yang digunakan adalah teknik referensial dan teknik prakmatis. Teknik referensial digunakan untuk mendeskripsikan bentuk bentuk implikatur, sedangkan teknik pragmatis digunakan untuk menjelaskan implikasi dan mengetahui faktor yang menyebabkan pemakaian implikatur.
4. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah televisi. Yaitu siaran sepak bola yang ditayangkan oleh Antv, kemudian direkam dengan alat perekam. Langkah selanjutnya mencari data- data yang berhubungan dengan implikatur. Setelah data didapatkan kemudian data dianalisis dengan teori yang sudah ada. Terakhir adalah menyimpulkan hasil penelitian.
D. JADWAL KEGIATAN

No Kegiatan Tujuan/ Minggu ke-
Penanggung jawab
1. Penyusunan draf unstrumen penelitian Memperoleh draf instrumen penelitian / Peneliti 1, 2, 3
1.1 Penentuan sempel penelitian Memperoleh sempel tuturan percakapan komentator sepak bola yang akan diteliti / Peneliti 3,4
2. Sosialisasi instrumen penelitian Memperoleh unstrumen penelitian yang siap untuk dipakai / Peneliti 5,6
3. Pengumpulan data
3.1 Pemilihan informal Mencari informasi program yang akan direkam / Peneliti 7,
3.2 Perekaman data Memperoleh data dalam bentuk rekama 8, 9
3.3 Pentranskripsian data Memperoleh data yang tela ditrankripsi ke dalam implikatur percakapan./ Peneliti 10, 11, 12
4. Analisis data
4.1 Analisis bentuk tuturan implikatur bahasa. Menganalisis data dengan tori bentuk tuturan implikatur bahasa / Peneliti 13, 14, 15
4.2 Analisis implikatur bahasa Menganalisis data dengan teori implikatur bahasa / Peneliti. 16,17,18
4.3 Analisis faktor implikatur bahasa Menganalisis faktor- faktor yang menyebabkan implikatur bahasa / Peneliti 19, 20,21
5. Pelaporan Tersususnya laporan penelitian/ Peneliti. 22
DAFTAR PUSTAKA


Anwar, Rofik. 2002. “Analisis Penggunaan Implikatur Percakapan Antara Resepsionis
dan Tamu Check in di Guest House Paradiso Surakarta”. Skripsi. Surakarta : Universitas Sebelas Maret

Brown, Gillian dan Yule, George. 1996. Analisis Wacana. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.

Hidayah , Chotamul. 2006. “ Implikatur Percakapan dalam Pembelajaran di SD Plus
Al Firdaus Surakarta (Kajian Pragmatik)”.Skripsi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Hidayah, Chotamul, dkk. 2005. “ Analisis Implikatur Percakapan dalam Pembelajaran
DiSekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) An Nur Gemolong Sragen”. Laporan Program Penelitian Inovatif Mahasiswa Provinsi Jawa Tengah. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Soemarmo, Marmo. 1994. PELLBA 7. Yogyakarta : Kanisius
Subroto, Edi. 1992. Pengantar Metode Penelitisn Linguistik Struktural. Surakarta :
Sebelas Maret Press.

Sudaryanto. 1992. Metode Linguistik; Ke Arah Memahami Metode Linguistik.
Yogyakarta: Gadjahmada University Press.

_________ . 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta
Wacana University Press.as Maret.

Wijana, I Dewa Putu. 1996. Dasar-dasar Pragmatik. Yogyakarta: Penerbit Andi Ofset.
(http://lisadypragmatik.blogspot.com/2011/06/pragmatik-oleh-sidon.html).
(http://tulisanmakyun.blogspot.com/2011/06/linguistik pragmatik.html)
PROPOSAL PENELITIAN
IMPLIKATUR PENGGUNAAN BAHASA DALAM KOMENTATOR SEPAK BOLA DI ANTV
Disusun Oleh:
Yusuf Subekti
(08003023)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2011